Aku yang Berharap (CERPEN PUTUS)
Lonceng bel sekolah berbunyi, aku pun
bergegas masuk ke dalam kelas. Ku lewati hari sekolahku dengan lancar dan
riang. Pada saat pulang dan aku sudah sampai di rumah, tiba-tiba ada suara yang
keluar dari hapeku, aku segera mengambil dan membukanya, ternyata ada seseorang
yang mengirim pesan padaku, awalnya aku tidak mengenalinya tetapi dengan
seiring berjalannya waktu, akhirnya aku mengenalinya, dia adalah Ferdi,
bersekolah di sekolah yang sama denganku, dia adalah kakak kelasku yang
sekarang berada di kelas sebelas.
Tanggal 19 Januari, Kak Ferdi
berulangtahun yang ketujuhbelas, aku pun bergegas masuk sekolah dan menemuinya
untuk memberi ucapan selamat ulangtahun, Kak Ferdi menjawab “Makasih ya
ucapannya, besok kalau kamu ada waktu, kakak traktir kamu makan deh..” tak tahu
mengapa, saat aku mendengar ajakannya, aku merasa sangat senang sekali. Acara
makan siangku dengan Kak Ferdi adalah hari minggu, dan sekarang sudah hari
rabu. Aku berusaha mencari hadiah yang tepat untuknya, selama empat hari aku
terus mencari dan mencari, akhirnya kutemukan barang yang tepat, ku dekorasi
barang itu hingga berbentuk sebuah kado yang sederhana. Aku berharap semoga dia
akan senang dengan kado sederhanaku ini.
Tiba pada saatnya, hari minggu di
siang hari yang kunanti, Kak Ferdi menjemput dan membawaku ke suatu restoran.
Disana.. kita berbicara, saling beradu argumen dan tertawa bersama, di saat
momen itu aku merasa bahagia, bahagia sekali. Tetapi jarum jam terus berputar,
sudah saatnya kita berpisah, entah mengapa waktu yang kulewatkan dengan dia
berasa begitu sangat cepat, hingga aku merasa sayang jika harus berpisah
dengannya. Saat perjalanan pulang, aku bergurau dengannya dan tiba-tiba tak
sengaja aku berbicara “Kakaknya kok abu-abu sih? Nggak jelas,aku maunya yang
jelas-jelas aja, mau yang putih? Atau hitam?” Diapun hanya terdiam dan
tersenyum, entah apa yang ada dipikiranku, sehingga aku bisa berbicara sebegitu
frontal padanya. Setelah sampai di rumah, aku mengambil hape yang ada di dalam
tasku, ternyata hadiah yang seharusnya kuberikan, belum kuberi untuknya.
Rencanaku akan kuberikan kado itu pada saat aku bertemu lagi dengannya.
Pada suatu hari Kak Ferdi mengajakku
“Besok ada waktu nggak? Kalau ada, kita main bareng yuk” Akupun menjawab “Umm..
Habis ulangan tengah semester aja ya Kak, soalnya aku harus belajar buat
ulangan itu-__-“ Kak Ferdi membalas “Oh iya dek nggakpapa, besok habis ulangan
tengah semester kita main yaa”. Setiap hari aku selalu berkomunikasi dengannya
dan ternyata Kak Ferdi memberikanku sebuah kode dan harapan, hal kedua itu
membuatku semakin pede untuk menyayanginya.
“Pertanyaanmu yang kemarin, boleh aku
jawab?” Tanya Kak Ferdi
“Oh
iya boleh kok” Jawabku
“Antara
putih,abu-abu dan hitam,kakak pastiin milih yang putih dek” Jawabnya sambil
tersenyum. Setelah mendengar kepastian itu, aku pun langsung bersorak bahagia. Setiap
hari, aku bersemangat untuk berangkat ke sekolah, tidak sabar untuk melihat dan
menemuinya, di saat itu aku selalu merasa bahagia.
Ulangan
tengah semester pun telah usai, aku menunggu dan terus menunggu, kapan dia akan
mengajakku lagi? Kapan? Sudah dua minggu aku menunggu ajakannya, tetapi Kak
Ferdi belum mengajakku juga.
Waktu demi waktu.. dia mulai berubah,
menjadi jarang balas komunikasi, bahkan terkadang dia tidak berkomunikasi
denganku sama sekali. Akupun bertanya “Kak, kenapa akhir-akhir ini kamu jarang
ada waktu untuk membalas smsku?” Dia menjawab “Maaf ya, bukannya kakak nggak
mau bales, tapi kakak lagi banyak tugas, jadi kakak minta maaf ya kalau jarang
bales sms dari kamu”. Akupun berusaha untuk mengerti, dan berharap setelah
tugas-tugasnya selesai, dia kembali lagi seperti dulu. Akan tetapi, setelah
sekian lama untuk mengerti, dia tetap seperti itu, tidak ada perubahan, malah
menjadi lebih cuek kepadaku. Sehingga banyak hal negative thingking yang muncul di pikiranku. Dan ternyata beredar
kabar di sekolah, jika Kak Ferdi sedang dekat dengan seseorang, aku terkejut
dan tidak mempercayai itu, tetapi sahabatku mengatakan itu adalah benar! Pada
saat itu, akupun meneteskan air mata dan mencoba untuk mempercayai hal itu.
Terkadang aku merasa menyesal karena menunda ajakannya, kenapa aku tidak
menyetujuinya saja? Jika aku menyetujui dan bertemu dengannya, pasti aku dan
dia menjadi lebih dekat.
Sekarang, aku dengan Kak Ferdi
menjadi semakin menjauh dan tidak pernah berkomunikasi. Mana kepastianmu yang
kamu berikan padaku dulu kak? Ternyata dia tak mampu melihat dalamnya rasa
sayangku yang hebat. Aku pun tetap terus berharap dan bertahan, berharap..
berharap pada suatu hari aku bertemu dan memberi kado yang sederhana itu
padanya, bertahan.. bertahan untuk tetap terus menyayanginya, aku berjanji, aku
akan tetap berdiri pada pendirianku.
Posting Komentar untuk "Aku yang Berharap (CERPEN PUTUS)"