BEHAVIOUR THERAPY
BEHAVIOUR THERAPY
TugasIniGunaMemenuhi Mata Kuliah :
PSIKOLOGI KONSELING SEKOLAH
DosenPengampu :
Dr. Esti Setiawati, M.Pd.
OlehKelompok6 :
SUSI TRI NURSYAMSIAH(12422001)
ALIYATUL RIZQIYAH (12434034)
WINDI AYUNINGTIAS (12422039)
RATRI FACHRUNNISA (12422047)
IMAM MAWARDIN (12422072)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, dengan segala rahmat-Nya dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul, ”BEHAVIOUR THERAPY” sebagai tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah Psikologi Konseling Sekolah dapat terselesaikan dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penulis. Kami sebagai penulis berusaha agar makalah yang kami buat ini memiliki arti penting dan sesuai dengan materi yang telah di berikan.
Pendekatan dan penyajian dalam makalah ini pada prinsipnya membahas pokok permasalahan yang berhubungan dengan behaviour therapy.Dengan memahami tentang pokok masalah tersebut, diharap pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami behaviour therapy.
Kami telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin.Akan tetapi kami sadar, tak ada gading yang tak retak, begitu juga pada pada karya tulis ini yang belum sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran demi perbaikan makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Yogyakarta, 24 November 2013
Penulis,
Susi Tri Nursyamsiah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Apabila di Jerman timbul aliran strukturalisme, dan di Amerika timbul aliran fungsionalisme, maka di Rusia timbul aliran behaviorisme.Semula aliran behaviorisme timbul di Rusia tetapi kemudian berkembang pula di Amerika, dan merupakan aliran yang mempunyai pengaruh cukup lama.
Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan dengan riset-riset perilaku Ivan Pavlov dengan teorinya classical conditioning.Berikutnya adalah Skinner yang mengembangkan teori belajar operan, dan sejumlah ahli yang secara terus menerus melakukan riset dan mengembangkan teori belajar berdasarkan eksperimennya.
Teori belajar itu menjadi mantap untuk diterapakan ke perilaku manusia setelah behaviorisme yang dipelopori oleh psikologi Amerika, J.B.Watson melakukan risetnya.Penelitian yang dilakukan Watson dan lainnya mengembangkan dan menyempurnakan prinsip-prinsip behaviorisme. Teori-teorinya menjadi populer dan member inspirasi bagi upaya-upaya perubahan perilaku, termasuk di dalamnya melalui proses konseling.
Konseling/terapi behavioral menaruh perhatian pada upaya perubahan perilaku yang member implikasi yang amat besar dan spesifik pada teknik dan strategi konseling dan dapat diintegrasikan ke dalam pendekatan lain. Saat ini konseling/terapi behavioral berkembang pesat dengan ditemukannya sejumlah teknik-teknik pengubahan perilaku, baik yang menekankan pada aspek fisiologis, perilaku, maupun kognitif.Terapi ini dapat mengatasi masalah perilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala neurosis.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang perlu dipecahkan dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu pengertian behaviour therapy ?
2. Apa hakekat dari kepribadian ?
3. Apa tujuan dari konseling/terapi behaviour?
4. Apa saja prosedur dan tahap-tahap konseling/terapi behaviour?
5. Apa saja macam-macam teknik dalam konseling/terapi bahaviour?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan membuat makalah ini adalah sebagai bukti bahwa kami mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan materi yang diberikan dan sesuai dengan waktu yang diberikan. Selain daripada tujuan di atas kami berharap makalah ini, dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Digunakan sebagai sumber referensi dan penambah wawasan kita mengenai behaviour therapy.
2. Acuan kita mahasiswa atau calon pendidik dalam proses belajar menjadi seorang pendidik/guru yang professional.
3. Sebagai motivasi untuk para pembaca lebih mengetahui dan menggali tentang behaviour therapy.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Behaviour Therapy
Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.Terapi ini dipopulerkan oleh B.F Skinner, dimana terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.
Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku.Daripada memandang terapi tingkah laku seperti pendekatan terapi yang dipersatukan dan tunggal, lebih tepat menganggapnya sebagai terapi-terapi tingkah laku yang mencakup berbagai prinsip dan metode yang belum dipadukan ke dalam suatu sistem yang dipersatukan.
Perkembangan-perkembangan terapi tingkah laku ditandi oleh satu pertumbuhan yang fenomenal sejak akhir 1950-an, pada awal 1960-an, laporan-laporan tentang penggunaan teknik inisekali-sekali muncul dalam kepustakaan profesional. Kini modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku menduduki tempat yang penting dalam lapangan psikoterapi dan dalam banyak area pendidikan.
Kepustakaan profesional, baik berupa berkala maupun berupa buku, membuktikan peningkatan popularitas pendekatan ini. Peningkatan pengaruh terapi tingkah laku, juga dimanifestasikan dalam sejumlah besar departement, psikologi yang melaksanakan psikologi klinis dan konseling dalam metode-metode behavioral. Dewasa ini banyak program latihan yang dengan jelas menitik beratkan terapi behavioral.
Salah satu aspek paling penting dari gerakan modifikasi terapi tingkah laku atau behavior adalah penekanannya pada tingkah laku yang bisa didefinisikan secara operasional diamati dan diukur. Tingkah laku bukan konstruk-konstruk yang tak bisa diukur yang vital bagi pendekatan-pendekatan psikodinamik adalah fokus perhatian terapeutik.
B. Teori Kepribadian
Menurut aliran behaviorisme, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku.Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada menusia yang sama, karena kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Untuk memahami kepribadian individu adalah dengan melihat pada perilakunya yang tampak.Berikut beberapa teori belajar tentang mekanisme pembentukan perilaku.
1. Teori belajar klasik (Ivan Petrovich Pavlov)
Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
a. Aktivitas yang bersifat refleksif : organism yang tidak disadari oleh organism yang bersangkutan. Organism membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya
b. Aktivitas yang disadari : aktivitas atas kesadaran organism yang bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.
Berkaitan dengan hal tersebut Pavlov sangat memusatkan perhatiannya pada masalah reflex, karena itu pula psikologi Pavlov sering disebut sebagai psikologi reflex atau psychoreflexology. Pavlov tidak menggunakan metode introspeksi, karena dengan itu tidak dapat diperoleh data yang objektif.Ia mendasarkan eksperimennya atas dasar observed facts, pada keadaan yang benar-benar dapat diobservasinya. Eksperimen ini banyak pengaruhnya pada masalah belajar, misalnya pada pembentukan kebiasaan (habit formation).
Pada awal 1900-an, Ivan Pavlov tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Dalam eksperimennya, dia secara rutin meletakkan bubur daging di depan mulut anjing, yang menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Anjing itu berliur saat merespon sejumlah stimuli yang diasosiasikan dengan makanan, seperti ketika ia melihat piring makanan, orang yang yang membawa makanan, dan suara pintu tertutup saat makanan tiba. Pavlov menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal sebagai teori belajar klasik/pengkondisian klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Untuk memahami teori ini kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respon : unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), dan conditioned response (CR).
US adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu.Makanan adalah US.UR adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.Air liur anjing yang merespon makanan adalah UR.CS adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilakn CR setelah diasosiasikan dengan US.CR adalah respon yang dipelajari, yakni respon terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.
Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negative dan positif dalam diri anak di kelas.Contoh : anak-anak akan merasa takut di kelas jika mereka mengasosiasikan kelas dengan teguran, dan karenanya teguran atau kritik menjadi CS untuk rasa takut. Pengkondisian klasik juga juga dapat terjadi dalam kecemasan menghadapi ujian.Misalnya, anak gagal dalam ujian dan ditegur, dan ini menghasilkan kegelisahan; setelah itu anak mengasosiasikan ujian dengan kecemasan, sehingga menjadi CS untuk kecemasan.
2. Teori belajar perilaku operan (Burrhus Frederick Skinner)
Teori belajar operan/pengkondisian operan adalah sebuah teknik yang berangkat dari konsepsi Skinner bahwa dalam setiap situasi atau dalam merespons setiap stimulus, seseorang sudah memiliki perbendaharaan respons yang mungkin sesuai dengan stimulus tersebut, dan mengeluarkan perilaku yang dikuatkan atau diberi ganjaran.
Ketika seseorang sedang ditanya misalnya, akanada banyak kemungkinan cara untuk merespons. Orang tersebut dapat menjawab pertanyaan tersebut, mengacuhkannya atau lari. Skinner berpendapat bahwa respons yang akan dikeluarkan adalah yang paling sering dikuatkan di masa lalu. Maka dalam kasus ini, sebagian besar orang akan menjawab pertanyaan tersebut, karena di masa lalu perilaku ini menghasilkan penguatan seperti perhatian atau pujian dari si penanya. Di sisi lain, apabila orang yang ditanya dibesarkan dalam sebuah keluarga yang menjadikan jawaban atas pertanyaan akan bermuara pada pelecehan fisik dan diam berarti selamat, maka perilaku orang yang ditanya tadi akan merefeksikan sejarah penguatan perilakunya. Dia akan diam. Diaplikasikan kepada individu dengan perilaku bermasalah, ide ini menyatakan bahwa adalah sesuatu yang berguna untuk memberikan hadiah atau menguatkan perilaku yang diharapkan, dan mengacuhkan perilaku yang tidak diharapkan. Jika sebuah perilaku tidak segera diberikan penguatan, maka akan berlangsung proses penghapusan, dan secara perlahan akan menguras perbendaharaan yang ada.
Skinner lebih menekankan peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku. Menurut Skinner, perilaku individu terbentuk atau dipertahankan sangat ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika kosekuensinya menyenangkan (memperoleh ganjaran atau reinforcement) maka perilakunya cenderung diulang atau dipertahankan, sebaliknya jika konsekuensinya tidak menyenangkan (memperoleh hukuman atau punishment) maka perilakunya akan dikurangi atau dihilangkan.
Skinner melakukan penelitain pada tikus.Respon tertentu yang memperoleh ganjaran berupa makanan ternyata diulangi, sementara yang tidak memperoleh ganjaran atau mendapatkan hukuman, perilakunya tidak diulangi.Dalam eksperimen itu ditemukan bahwa perilaku-perilaku yang memperoleh ganjaran itu tidak hanya diulangi tetapi frekuensi responnya cenderung meningkat.
Aplikasi dan Prinsip Teori Skinner dalam Pembelajaran :
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunyamasing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
Kelebihan pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kekurangan teori ini : tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
3. Teori belajar dengan mencontoh
Menurut Bandura perilaku dapat terbentuk melaluli observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung yang disebut dengan vicarious conditioning.Perilaku manusia dapat terjadi dengan mencontoh perilaku di lingkungannya.Baik secara langsung (modeling) maupun tidak langsung (vicarious) dapat menjadi kuat kalau mendapatkan ganjaran.
Bandura mengemukakan teori social learning setelah melakukan penelitian terhadap perilaku agresif di kalangan kanak-kanak.Menurutnya, anak-anak berperilaku agresif setelah mencontoh perilaku modelnya. Gangguan penggunaan zat adiktif dan perilaku antisosial merupakan bagian dari gangguan mental yang dapat dibentuk karena melalui proses imitasi.
C. Tujuan Konseling
Terapi behavioral memiliki karakteristik yang dapat membedakan dengan pendekatan yang lain. Ciri-cirinya sebagai berikut.
1. Berfokus pada perilakuyang tampak dan spesifik
2. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik
3. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan maslah klien
4. Penaksiran objektif atas tujuan terapetik
Berangkat dari uraian cirri-ciri di atas secara singkat dapat dipahami bahwa tujuan terapi behavioral adalah :
1. Mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.
2. Secara khusus, mengubah perilaku yang salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang diharapkan, dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.
3. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
4. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
5. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
6. Membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
7. Klien belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
8. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara klien dan konselor.
D. Prosedur dan Tahap-Tahap Konseling
Konseling dilakukan denganmenggunakan proseduryang bervarisi dan sistematis yang disengaja secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama konselor dan klien.Prosedur belajar ada empat kategori, sebagai berikut.
1. Belajar operan : belajar yang didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran untuk menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan.
2. Belajar mencontoh : cara dalam memberikan respons baru melaluimenunjukkan atau mengerjakan model-model perilaku yang diinginkan sehingga dapat dlakukan oleh klien
3. Belajar kognitif : belajar memelihara respon yang diharapkan.
4. Belajar emosi : cara yang digunakn untuk mengganti respon-respon emosional klien yang tidak dapat diterima menjadi respon emosional yang dapat diterima sesuai dengan konteks classical conditioning.
Teori behavioral berasumsi bahwa perilaku klien adalah hasil kondisi konselor.Oleh karena itu, konselor dalam setiap menyelenggarakan konseling harus beranggapan bahwa setiap reaksi klien adalah akibat dari situasi (stimulus) yang diberikannya.
Prosedur konseling behavioral :
1. Konselor memulai pembicaraan dan merespon secara sensitif untuk menangkap masalah utama.
2. Klien menyatakan masalah dalam istilah behavioral atau menyetujui deskripsi oleh konselor.
3. Klien menyatakan masalah lain yang berhubungan dengan masalah utama.
4. Konselor dan klien menyetujui masalah mana yang akan diatasi dahulu.
5. Klien setuju dengan tujuan konseling termasuk memperhitungkan perubahan dan faktor-faktor lain.
6. Tindakan alternatif pemecah masalah dipertimbangkan konselor dan klien.
7. Klien menyediakan bukti bahwa dia menyadari konsekuensi setiap tindakan yang dipertimbangkan.
8. Konselor dan klien menyetujui sub tujuan sebagai prasyarat mencapai tujuan akhir.
9. Konselor dan klien menyetujui tindakan mana yang akan dicoba pertama kali.
10. Konselor dan klien menyetujui terhadap evaluasi kemajuan pencapaian tujuan.
11. Konselor dan klien memonitori kemajuan perilaku klien.
12. Menyusun tujuan baru dikembangkan dan disetujui bersama.
13. Tindakan klien yang baru diseleksi bersama dan disetujui.
14. Klien dan konselor memonitor kemajuan perilaku klien.
15. Klien dan konselor menerapkan perubahan dari belajar ke pemeliharaan perubahan.
16. Konselor dan klien menyetujui bahwa tujuan telah dicapai.
17. Konselor membuktikan bahwa perubahan perilaku telah dipelihara tanpa konselor.
Adapun tahap-tahap konseling behavioral sebagai berikut.
1. Tahap Penilaian (Assesmen)
Yaitu tahapan yang mensyaratkan konselor mampu untuk memahami karakteristik klien beserta permasalahannya secara utuh (mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan pemikirannya).Sehubungan dengan hal ini, maka konselor harus terampil dalam mengumpulkan berbagai informasi/data klien, instrumen yang digunakan dan sumber data yang valid.
2. Tahap Penetapan tujuan (Goal setting)
Yaitu antara konselor dan klien menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai informasi/data.Dalam tahap ini telah disepakati kriteria perubahan tingkah laku yang perlu dilakukan klien dalam rangka memecahkan masalahnya.
3. Tahap Penerapan teknik (Techniques implementation)
Yaitu penerapan ketrampilan dan teknik-teknik konseling dalam upaya membantu klien mengatasi masalahnya (merubah perilakunya).Dalam hal ini disamping harus menguasai konsep dasar konseling behavior, konselor harus benar-benar mampu menerapkan berbagai teknik konseling.
4. Tahap evaluasi dan terminasi (Evaluation and Termination)
Yaitu tahapan dimana seorang konselor mengetahui perubahan perilaku klien sebagai tolak ukur proses konseling berlangsung. Terminasi, yaitu pemberhentian proses konseling yang bertujuan untuk:
a. Menguji apa yang dilakukan klien pada dekade terakhir.
b. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan
c. Membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien
d. Memberi jalan untuk memantau tingkah laku klien secara berkelanjutan.
E. Teknik-Teknik Konseling Behavioral
Konseling behavioral memiliki sejumlah teknik spesifik yang digunakan untuk melakukan pengubahan perilaku berdasarkan tujuan yang dikehendaki. Teknik-teknik tersebut sebenarnya sangat banyak, lebih dari 30 teknik, diantaranya adalah :
1. Desentisiasi sistematis
Teknik ini merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya berupa kecemasan dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
2. Terapi implosif
Teori ini dikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara berulangulang dihadapkan pada suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan menghilang. Atas dasar ini klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.Dalam situasi konseling, secara berulang-ulang membayangkan stimulus sumber kecemasan dan konsekuensi yang diharapkan ternyata tidak memiliki kekuatan dan neurotiknya menjadi hilang.
3. Latihan perilaku asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalahlayak atau benar.Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan dibimbing konselor.Diskusi-diskusi kelompok diterapkan untuk latihan asertif ini.
4. Pengkondisian aversi
Teknik ini dilakukan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
5. Pembentukan perilaku model
Teknik ini digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk
6. Kontrak perilaku
Kontak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terapi tingkah laku atau behavioristik adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.
2. Menurut aliran behaviorisme, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku. Dan perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
3. Tujuan terapi behavioral adalah : mencapai kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku dan secara khusus, mengubah perilaku yang salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang diharapkan, dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.
4. Konseling dilakukan denganmenggunakan proseduryang bervarisi dan sistematis yang disengaja secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama konselor dan klien.
5. Konseling behavioral memiliki sejumlah teknik spesifik yang digunakan untuk melakukan pengubahan perilaku berdasarkan tujuan yang dikehendaki. Diantaranya : desentisiasi sistematis, terapi implosive, latihan perilaku asertif, pengkondisian aversi, pembentukan perilaku model, dan kontrak perilaku.
B. Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini.Dan demi perbaikan makalah kami selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun.Demikianlah hasil karya tulis kami yang terangkum dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya kami ucapkan terima kasih.
http://mozaikbimbingankonseling.blogspot.com/2013/04/jurnal-kuliah-teori-konseling-behavior.html, diakses pada 20 November 2013
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2004), hlm 106-107
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi, 2004), hlm 66
John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm 268-269
John Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Kasus, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm 143
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2004), hlm 109
http://www.kosmaext2010.com/makalah-psikologi-belajar-teori-belajar-menurut-skinner.php, diakses pada 20 November 2013
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2004), hlm 110-114
http://putriamaharani.wordpress.com/2013/04/27/teknik-teknik-dalam-konseling/, diakses pada 20 November 2013
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2004), hlm 115-117
http://putriamaharani.wordpress.com/2013/04/27/teknik-teknik-dalam-konseling/, diakses pada 20 November 2013.
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2004), hlm 116-120
REFERENSI
Latipun, 2004, Psikologi Konseling, UMM Press, Malang.
Leod, John Mc, 2006, Pengantar Konseling Teori Dan Kasus, Kencana, Jakarta.
Santrock, John W, 2008, Psikologi Pendidikan, Kencana, Jakarta.
Walgito, Bimo, 2004, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta.
http://mozaikbimbingankonseling.blogspot.com/2013/04/jurnal-kuliah-teori-konseling-behavior.html, diakses pada 20 November 2013.
http://putriamaharani.wordpress.com/2013/04/27/teknik-teknik-dalam-konseling/, diakses pada 20 November 2013.
http://www.kosmaext2010.com/makalah-psikologi-belajar-teori-belajar-menurut-skinner.php, diakses pada 20 November 2013.
Posting Komentar untuk " BEHAVIOUR THERAPY "