Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“Review Buku Drs. H. Abudin Nata, M.A Filsafat Pendidikan Islam”

 

 

 “Review Buku Drs. H. Abudin Nata, M.A Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Abdul Munir S.U

 

 

 

LOGO UIN SUKA JOGJA
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


KELOMPOK 3:

1.      Mavatih Fauzul ‘Adziima              : 19204010068

2.      Umdaturrosyidah                           : 19204010072

3.      Rasuluddin                                     : 19204010077

4.      Y.Arief Amirullah                : 19204010081

 

 

 

PASCASARJANA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

 

A.    Pendahuluan

Dunia pendidikan islam di Indonesia khususnya, dan dunia islam pada umumnya masih dihadapkan pada erbagai macam persoalan, mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada persoalan guru, metode, kurikulum, dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini, buku filsafat pendidikan islam akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Melalui tulisan ini pula para pembaca diharapkan mampu memahami pemikiran-pemikiran filosofis tentang pendidikan, yang pada gilirannya dapat membantu dalam merumuskan konsepsional dalam bidang pendidikan.

Buku filsafat pendidikan islam ini ditulis oleh Drs. H. Abudin Nata, M.A yang diterbitkan oleh Logos wacana ilmu, di Jakarta pada tahun 1997 pada bulan februari. Buku ini berjumlah 225 halaman, dengan tebal 21,5 cm. Dalam buku filsafat pendidikan islam ini terdapat 15 Bab pembahasan. Keunggulan dari buku ini adalah buku ini ditulis secara jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Pembahasan pendidikan beserta para tokoh-tokoh yang begitu banyak. Hingga sangat disarankan untuk para pendidik membaca dan memahami isi buku filsafat pendidikan islam ini, yang dikarang oleh Drs. H. Abudin Nata, M.A.

Dalam buku Drs. H. Abudin Nata, M.A setidaknya kami membahas beberapa tokoh pandangan dan pemikiran filsafat pendidikan islam diantaranya:

1)      Imam Ghazali

2)      Ibn Khaldun

3)      Ikhwan Al-Safa

Beberapa tokoh pemikiran para filsuf diatas merupakan para pemikir yang sangat di kagumi dengan berbagai pemikirannya.

 

B.     Pembahasan

1.      Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Jika dilihat dari pengertian filsafat pendidikan islam adalah kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam pendidikan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat dari para ahli, khususnya filusuf muslim sebagai sumber sekunder.

 

 

Abudin Nata, mengutip Muzayyin Ariin menulis: “..Filsafat pendidikan Islam adalah konsep tentang pendidikan yang bersumber atau berdasarkan ajaran-ajaran islam, ..filsafat pendidikan yang  di dasarkan pada nilai-nilai ajaran islam..yang terkandung dalam Al-qur’an dan al- Sunnah sera di praktikkan dalam sejarah umat islam atau yang aktual dalam kehidupan.”[1]

2.      Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Secara umum ruang lingkup pembahasan Filsafat pendidikan islam adalah pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan atas dasar ajaran islam. Konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru

 Abudin Nata, Ia berpendapat bahwa pendidikan nasional adalah Pendidikan  yang beralaskan garis hidup dari bangsanya untuk keperluan prikehdupan yang dapat mengangkat  derajat negara dan rakyatnya agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan segenap manusia di muka bumi.[2]

3.      Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam

a.       Menolong para perancang pendidikan islam dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk mementuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.

b.      Menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan secara menyeluruh.

c.       Memberikan pendalaman spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita.

 

4.      Kedudukan Manusia Dalam Alam Semesta

Manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohaninya. Dengan kelengkapan jasmaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental. Selanjutnya, agar keduanya dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu dibina dan diberikan bimbingan. Dalam hubungan ini pendidikan memegang peranan yang amat penting. Disamping sebagai khalifah yang mempunyai kekuasaan untuk mengoah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimiliki, juga sebagai ‘Abd, yaitu segala sesuatu usaha dan aktivitas harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Untuk dapat melaksanakan tugas kekhalifahan, manusia harus diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, keterampilan, dan teknologi sebagai pendukung. Hal ini menunjukkan konsep kekhalifahan dan ibadah dalam Al-Qur’an erat hubungannya dengan pendidikan.

5.      Pemikiran Para Tokoh Tentang Pendidikan Islam.

a.      Al-Ghazali

Nama lengkap dari Imam Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450 H.bertepatan dengan 1059 M di Ghazalah. Dan beliau wafat di Tabristan pada tanggal 14 jumadil akhir tahun 505 H, yang bertepatan dengan 1 desember 1111 M. Pada akhir perjalanan intelektualnya, tasawuflah yang dapat menghilangkan rasa syak yang lama mengganggu diri Al-Ghazali.

Didalam bukunya “Ta’ri el Ahya fi Fadhail el Ihya” Syeikh Abdel Qadir  Alaydrus Ba’alwi mengumpulkan berbagai pendapat-pendapat ulama’ islam yang memuji imam Ghazali, sehingga ada yang mengatakan bahwa:

“Al-Ghazali adalah orang besar dalam islam yang terbesar sesudah wafatnya nabi Muhammad” dan bukunya Ihya ‘Ulum ed dien adalah buku yang terbaik sesudah kitab suci alqur’an.[3]

Berdasarkan konsep diatas pengakuan ilmu Ghazali sangat diankui oleh keilmuan barat dan timur. Sehingga banyak mempengengaruhi regenerasi. Termasuk kalangan Yahudi dan kristen. Apalagi kitabnya Mishkat Al-anwar yang memberi pengaruh  terhadap perubahan global. Sehingga banyak ilmua kristiani yang membaca dan menela’ah isi kitab Ghazali.

Bila dipandang dari segi filusufis Al-Ghazali adalah penganut faham idealisme yang konsekuen terhadap agama sebagai dasar pandangannya. Dalam masalah pendidikan Al-Ghazali cenderung berpaham empirisme. Hal ini disebabkan antara lain karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Al-Ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran baik maka anak itu akan menjadi baik, dan begitupun sebaliknya. Pentingnya pendidikan ini didasarkan pada pengalaman hidup Al-Ghazali sendiri, yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama’ besaryang menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan disebabkan karena pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan, dan kegagahan, atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian, dan permusuhan.selain itu rumusan tersebut mencerminkan sikap zuhud Al-Ghazali terhadap dunia, merasa Qana’ah (merasa cukup dengan yang ada), dan banyak memikirkan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia.

Pendidik menurut Al-Ghazali adalah, guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri, guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar), karena tugas yang diwariskan oleh nabi Muhammad SAW adalah mengajar, sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya, guru harus mampu menanamkan keimanan kedalam pribadi anak didiknya. Sehingga akal pikiran anak didik tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu. Sedangkan peserta didik menurut Al-Ghazali harus memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur, merasa satu bangunan dengan murid lainnya, menjauhkan diri dari mempelajari madzab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam fikiran. Ciri-ciri murid yang demikian itu nampak juga masih dilihat dari perspektif tasawuf yang menempatkan murid sebagaimana murid tasawuf dihadapan gurunya. Pandangan kurikulum yang diterapkan Al-Ghazali bahwa beliau adalah seorang ulama’ besar yang menaruh perhatian cukup tinggi terhadap pendidikan. Corak pendidikan yang dikembangkannya tampak dipengaruhi oleh pandangannya tentang tasawuf dan fiqh.

b.      Ibn Khaldun

Ia berasal dari keluarga politis, intelektual dan aristokrat. Ia lahir di Tunisia tanggal 27 mei 1332. Ayahnya bernama Abdur Rahman Abu Zayd ibn Muhammad ibn Khaldun. Keluarganya telah mewariskan tradisi intelektual kepada dirinya, sedangkan masa ketika ia hidup yang ditandai dengan jatuh bangunnya dinasti-dinasti Islam, terutama dinasti Umayah dan Abbasiyah memberikan kerangka berpikir dan teori-teori ilmu sosialnya secara filsafatnya.

Ia berpendapat bahwa dalam proses belajar atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia disamping harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya, dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat.

Berkenaan dengan ilmu pengetahuan, Ibn Khaldun membaginya menjadi tiga macam, yaitu:

1)      Ilmu lisan yaitu ilmu tentang tata bahasa.

2)      Ilmu naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.

3)      Ilmu ‘aqli yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir atau kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.

Mengajarkan pengetahuan kepada pelajar hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan dengan berangsur-angsur, setapak demi setapak dan sedikit demi sedikit. Ibn Khaldun menganjurkan agar para guru mengajarkan ilmu pengetahuan dengan metode yang baik. Dan menganjurkan agar pendidik bersikap sopan dan halus pada muridnya. Keahlian itu adalah sifat atau corak jiwa yang tidak dapat tumbuh serempak. Mereka yang pemikirannya masih mentah, dan dalam keadaan masih kosong akan lebih mudah mendapatkan keahlian-keahlian baru yang dapat mereka peroleh dengan lebih mudah.

c.       Ikhwan Al-Safa

Organisasi ini antara lain mengajarkan tentang dasar-dasar agama Islam yang didasarkan pada persaudaraan Islamiyah (ukhuwwah Islamiyah), yaitu suatu sikap yang memandang iman seorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Informasi lain menyebutkan bahwa organisasi ini didirikan oleh kelompok masyarakat yang terdiri dari para filosof. Organisasi yang mereka dirikan bersifat rahasia dan memiliki missi politis. Organisasi ini memandang pendidikan dengan pandangan yang bersifat rasional dan empirik. Mereka memandang ilmu sebagai gamaran dari sesuatu yang dapat diketahui di alam ini. Dengan kata lain ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran manusia itu terjadi karena mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca indera. Ikhwan Al-shafa, mewakili religius Rasional, melihat Ilmu sebagai gambaran  sesuatu yang  yang di ketahui meletakkkan pelajar berpotensi berilmu. Belajar atau mengajar adalah aktualisasi potensi berilmu  tersebut. Aktivis membangkitkan  potensi itu bagi guru disebut sebagai mengajar yang  bagi peserta didik disebut dengan belajar.[4]

 

 

C.    KESIMPULAN

Dalam buku ini membahas tuntas tentang pendidikan dan dari berbagai macam sudut pandang para filosof islam. Mengajar dan belajar adalah aktivitas yang tidak dapat di pisahkan. Mengajarkan pengetahuan kepada pelajar hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan dengan berangsur-angsur, setapak demi setapak dan sedikit demi sedikit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Abdul Salam dkk, Antologi Studi Islam, Pascasarjana UIN Sunankalijaga, Yogyakarta, Diambil dari: http://pps.uin-suka.ac.id/attachments/category/55/Antologi% 20Studi%20Islam.pdf, Diakses pada 13/11/2019.

 

Ahmad, H. Zainal Abidin, Riwayat Hidup Imam AL-Ghazali, penerbit bulan bintang, Jakarta 1975.

         

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Logos Wacana Ilmu.

Samrin, Jurnal Al-Ta’dib Vol 8 No 1, Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, Diambil dari:https://media.neliti.com/media/publications /235715-pendidikan-agama-islam-dalam-sistem-pend58 c6f7de.pdf, Dikases pada14/11/2019.

 

Mulkhan, Abdul Munir, Jurnal Pendidikan Islam Vol II, Nomor 2, Desember 2013/1435, Filsafat Pendidikan Islam, Filsafat Tarbiyah berbasis kecerdasan makrifat bagi percepatan pembelajaran melalui boarding school, Fakultas  Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , Uin Sunan Kalijaga.

 



[1] Prof, Dr, H. Abdul Salam Arief, M.A, Antologi Studi Islam, Pascasarjana UIN Sunankalijaga, Yogyakarta, Diambil dari: http://pps.uin-suka.ac.id/attachments/category/55/Antologi%20Studi%20Islam.pdf, Diakses pada 13/11/2019.

[2] Samrin, Jurnal Al-Ta’dib Vol 8 No 1, Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, Diambil dari:https://media.neliti.com/media/publications/235715-pendidikan-agama-islam-dalam-sistem-pend58 c6f7de.pdf, Dikases pada14/11/2019.

[3] H. Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Imam AL-Ghazali, penerbit bulan bintang, Jakarta 1975, Hal:180

[4] Abdul Munir Mulkhan, Jurnal Pendididkan Islam,  Volume II, Nomor 2,  Filsafat Tarbiyah Berbasis kecerdasan, Uin Sunan Kalijaga. Hal:229.

Posting Komentar untuk " “Review Buku Drs. H. Abudin Nata, M.A Filsafat Pendidikan Islam”"