Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemikiran Emile Durkheim Tentang Sakralitas Agama


Emile Durkheim lahir pada tahun 1858 di Epinal, Strasboug di timur laut Perancis. Ayahnya adalah seorang Rabbi Yahudi. Durkheim terpengaruh masalah agama karena guru sekolahnya yang beragama Katolik Roma. Sejak muda, Durkheim telah menyatakan bahwa ia seorang Agnotis yaitu orang yang percaya adanya tuhan jika dapat dijelaskan secara ilmiah. Durkheim adalah seorang yang cerdas dan terkenal dalam bidang sosiologi. Ada tiga pertanyaan mendasar yang dikemukakan oleh Durkheim yaitu apa itu agama? kenapa agama penting? Apa pengaruh agama terhadap kehidupan individu dan sosial?.

Pertama kita lihat dari latar belakang masyarakat pada masa itu, ada empat kondisi yaitu:

1. Pada awalnya masyarakat Eropa terikat dengan tali kekeluargaan, komunitas dan agama. Lalu, berubah menjadi individualisme dan pragmatis yaitu mengedepankan uang.

2. Dulu nilai norma disetujui oleh pihak gereja yang sekarang ditentang dan mereka lebih memetingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan mulai meninggalkan gereja.

3. Munculnya masa demokratis yang membuat pergerakan masa dan sebagai tuntunan baru.

4. Munculnya kebebasan individual untuk mewujudkan kemakmuran dan aktualisasi yang mengakibatkan perasaan kesepian dan terisolasi.

Menurut Durkheim, cara untuk mendekati masyarakat adalah dengan cara alami yang mempunyai dua prinsip utama yaitu sifat alami masyarakat dan fakta sosial yang diinvestigasi melalui metode ilmiah seobjektif dan semurni mungkin. Durkheim membagi dunia ini menjadi dua, yaitu sakral dan profen. Sakral adalah hal yang berkaitan dengan agama. Sedangkan, profen adalah keseharian yang sifatnya biasa-biasa saja. Kedua hal ini bisa berupa hal baik maupun hal yang buruk. Durkheim tidak menganggap agama dan magic sebagai dua hal yang berlawanan. Menurutnya, agama dan magic sama-sama mencapai tujuan yang sama dengan jalan yang berbeda. Jadi, keduanya bisa berdampingan.

Menurut penelitian Durkheim, awal mula adanya semua agama di muka bumi ini berasal dari paham ‘Totemisme’. Totemisme adalah paham yang dianut oleh suku di Australia yang dianggap sebagai hal yang paling sakral yang bisa mengkomunilasikan kepada makhluk sekelilingnya. Menurutnya, Seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh totem ini.  Totem sendiri adalah simbol klan yang biasanya digunakan untuk upacara ritual. Tujuan totem ini adalah untuk menyatakan kesalingterkaitan semua hal. 

Dalam praktek totemisme ini bisa dibagi menjadi tiga hal yaitu negatif, positif dan penebusan dosa atau kesalahan. Praktek negatif yaitu menjaga yang sakral agar selalu terpisah dari yang profan yang berisi larangan dan hal-hal yang tabu yang biasanya tempatnya dilindungi oleh batu atau gua yang bertujuan agar hal-hal tersebut tidak dilanggar. Semua hal selain intichiuma termasuk ke dalam praktek yang positif. Praktek yang ketiga yaitu penebusan dosa atau kesalahan yang disebut ritual piacular. Karena teori Durkheim ini, terbukalah empat penerapannya lagi. Pertama, masyarakat dan agama, karena agama adalah hal yang bersifat sosial. Jadi, agama dan masyarakat atau sosial adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kedua, metode ilmiah. Ketiga, ritual dan kepercayaan. Yang terakhir adalah penjelasan fungsional. (by.LUTHFI ALIFIA)


Posting Komentar untuk " Pemikiran Emile Durkheim Tentang Sakralitas Agama"