Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET PADA ANAK DALAM PENDIDIKAN MADRASAH DI INDONESIA1920401008119204010081

Masukkan Pasword kolom bawah. Silahkan transfer dulu pembayaran anda ke bank, Kirim Screenshoot ke admin, setelah itu chat admin kami

Image
No.Rek : 041.221.014172   a/n. ARIEF.AM
KLIK TOMBOL WHATS APP UNTUK MENGHUBUNGI ADMIN
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin Path Yahoo


Bayar Dulu Ke Admin, kirimkan bukti JPEG bukti Pembayaran dan Kemudian Tunggu Paswordnya dari admin. Masukkan Password Untuk Membuka Artikel ini!

Bayar Keadmin, Baru Minta Pasword

LETAKKAN ISI ARTIKEL YANG INGIN DIPASSWORD DISINI YA GAES! APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET PADA ANAK DALAM PENDIDIKAN MADRASAH DI INDONESIA Yoespie Arief Amirullah Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ariefstudent@gmail.com ABSTRAK Artikel ini membahas Perkembangan teori kognitif Jean Piaget pada anak dalam pendidikan madrasah di Indonesia. Maka penulis ingin meneliti lebih jauh tentang teori koginif. Karena perkembangan kognitif pada anak merupakan fase awal sebelum melangkah ketahap dewasa. Tujuan dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui secara jelas dalam teori kognitif Jean Piaget. Karena Jean Piaget merupakan Pembelajar dengan predikat keilmuan yang cukup tinggi. Dari pendalaman teori Jean Piaget menyusun konsep tahap perkembangan kognitif pada anak-anak. Metode dalam penelitian ini, menggunakan studi pustaka yang secara langsung kita mengetahui objek yang kita tuju. Sekaligus perkembangan teori kognitif pada anak merupakan langkah dalam menyelesaikan persoalan mengenai gejala dan psikologis anak pada masa perkembangan. Selain itu, penulis juga meneliti secara bertahap dalam masa perkembangan anak. Untuk itu, dalam metode ini, penulis melakukan tahap-tahap untuk mendalami teori kognitif. Hasil dalam penelitian ini, bahwa anak dalam masa perkembangan kognitif akan sangat bagus mengikuti perkembangan teori Jean Piaget. Dengan mengikuti fase tahap dalam perkembangan kognitif Jean Piaget. Maka anak akan mudah dalam mencerna proses teori Jean Piaget diantaranya: intelegensi, skemata, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Begitu juga dalam perkembangan intelektual Jean Piaget diantaranya: isi, struktur dan fungsi. Selain itu, dalam perkembangan ini anak juga dilihat dengan perkembangan motorik yang dilihat dari perkembangan umurnya. Akan hal itu, dalam perkembangan kognitif, Jean Piaget sendiri menggunakan tahap-tahap perkembangan kognitif pada bayi dan anak untuk mengukur perubahan dan perubahan. Serta melihat perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Kata Kunci: Perkembangan Teori Kognitif Jean Piaget, Pendidikan Islam A. Pendahuluan Perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan perkembangan teori yang dipelajari dalam teori kognitif Jean Piaget secara tidak langsung menekankan pada stimulus respon dan juga pembiasaan perilaku. Perkembangan teori Piaget sendiri merupakan teori pembelajaran yang sangat pantas di kembangkan dalam dunia pendidikan modern. Mengapa demikian?karena Piaget sendiri mengembangkan dengan tahap psikomotorik anak. Dunia pendidikan modern menekankan pada titik perkembangan kejiwaan pada anak sendiri. Selain itu, teori Piaget merupakan teori perkembangan kognitif yang menekankan pada sikap dan perilaku anak disekolah. Berhubungan dengan teori Piaget maka kondisi anak disekolah diharapkan mampu berkembang dengan penalaran yang dimiliki perserta didik. Teori Piaget yang disebut dengan Cognitive development theory merupakan perkembangan penelitian dari Teori Gestalt. Sebagaimana Gestalt sendiri menguji perumpaan dengan hewan. Namun, hal itu masih sangat tidak realitas dengan dunia pendidikan. Bagaimanapun juga teori perkembangan Piaget diasumsikan bisa mengembangkan psikomotorik anak. Hal ini, Teori Behavioristik “Penelitian Gestalt” dilanjutkan Piaget dalam hal ini manusia sebagai subyek penelitiannya. Jean Piaget dalam konsep teori berpikirnya sebagai proses yang gradual dengan segi intelektual yang dimiliki. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dalam setiap buku psikologi. Menetapkan perkembangan manusia berdasarkan faktor dan tahap perkembangan manusia pada umur. Selain itu Jean Piaget merupakan seorang Psikolog dengan konsep berpikir yang komprehensif dengan perkembangan intelegensi dan proses berpikir. Hal ini menunjukkan Jean Piaget adalah ilmuwan psikologi yang memahami konsep tahap perkembangan kejiwaan manusia. Sekolah dalam era globalisasi sangat ditekankan dengan perkembangan peserta didik. Kondisi dunia pendidikan islam sangat memerlukan pribadi yang unggul. Hal ini, perlu adanya penanganan psikologi disekolah. Menyangkut perkembangan siswa sendiri. Disekolah ada yang harus ada penanganan khusus terhadap perkembangan siswa disekolah umum. Para psikolog lain banyak yang menekankan pada pertumbuhan struktur yang memungkinkan indivu bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, maka Piaget menekankan pada penyelidikan lain. Piaget memilih menyelidiki dengan perkembangan intelektual anak berdasarkan kognisi dan perkembangan intelektual pada perkembangan individu. Pembahasan mengenai teori Jean Piaget dapat diarahkan dengan berbagai konsep perkembangan serta pengkondisian belajar. Konsep teori Piaget dalam perkembangan kognitif bisa dilihat dalam pendidikan. Disisi lain, kurikulum Pendidikan Islam mengembangkan teori Perkembangan kognitif Jean Piaget. Misalnya, bagi seseorang muslim yang mempunyai jiwa dia mempunyai kegigihan serta memperhatikan akhlak bagi dirinya dan nasf alias jiwanya (qalb) disamping itu ia kadang mengabaikan konsep akhlak dalam berpikir. Disisi lain, dalam kehidupan manusia, seorang muslim ia sangat mempertahankan dalam etika berekonomi dengan tuntuan akhlak namun sangat lemah ketika berperilaku dalam politik. Untuk itulah ada banyak saksi kehidupan dalam kehidupan yang melanda kehidupan umat saat ini. Masuknya islam dari daerah-kedaerah dulu mempengaruhi bangsa lain. Namun, apa yang terjadi dengan pendidikan kita dan ekonomi kita? Namun pada era sekarang ini, disadari atau tidak, bahwa proses pendidikan di sekolah sekarang lebih menekankan transer of knowledge. Bahwa tugas pendidik yang sesungguhnya adalah menjalankan profesinya sesuai dengan keadaan psikologis peseta didik (Syah, 2010:15) disini juga dijelaskan bahwa dua anak kembar mengalami respon yang sama ketika mereka dalam situasi belajar mengajar. Para guru di sekolah, sangat diharapkan memiliki kompetensi prosessional. Professional disini memiliki pengetahuan yang cukup, bekerja sesaui aturan dan selain itu, guru memiliki pengetahuan yang cukup dalam mendidik anak. Apalagi setiap anak memiliki psikologis yang berbeda dengan karakter yang berbeda pula. Maka dari itu, disamping memiliki kompetensi professional guru juga mengetahui secara langsung kemampuan anak didik. Diharapkan guru juga mampu mengembangakan kognitif siswa dengan memadukan pengetahuan psikologi dan agama. Oleh karenanya, guru sendiri merupakan inspirator dalam sekolah. Maka dari itu, guru juga harus mampu secara lebih jauh melatih anak-anak sesuai perkembangan kognitif siswa. Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, bahwa anak didik yang berhasil belajar agama masih sangat minim dalam hal praktek. Untuk itulah anak disekolah masih sangat minim dalam mempelajari agama. Kurangnya respon guru dalam menangkap atau tidak adanya waktu guru dalam mengajari anak didik dengan kompetensi professionalnya. Minimnya guru menyiapkan strategi yang baik dalam mengajar membuat peserta kurang mampu mengolah perkembangan kognitif siswa secara menyeluruh. Guru tidak hanya menguasai permasalahan sekolah saja tetapi juga memperhatikan kondisi perkembangan kognitif siswa. Untuk mewujudkan perkembangan anak, guru setidaknya merangsang anak dengan pengetahuan agama yang baik. Melihat realita dilapangan berkenaan dengan perkembangan dunia global. Contohnya pada pembelajara agama: akidah akhlak, fiqih, SKI dan Al-qur’an dan hadist. Siswa belum sepenuhnya mampu mempratekkan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi mengamalkan do’a harian sebagai wujud anak belajar dalam memperoleh ilmu. Maka untuk itu, guru harus membuat murid mampu mencapai perkembangan kognitif dengan baik. Model cognitif development theory yang dikembangkan Jean Piaget mengenai perkembangan anak dengan tahap masa umur. Sehingga dengan adanya teori ini guru mampu mengembangkan peseta didik sesuai dengan kecakapan peserta didik. Apalagi sesuai dengan mata pelajaran agama diharapkan anak dapat mengkeplorasi nilai-nilai ajaran Islam secara intens yang kemudian dapat dilaksanakan secara relevan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, peserta didik akan lebih suka untuk mengingat materi atau secara tidak langsung anak didik akan melakukan retensi pengulangan bahan pelajaran dalam ingatan. Dengan begitu, hal yang positif ini akan dapat meningkatkan daya ingat dalam menerima, menyimpan dan mempelajari serta memproduksi pelajaran yang telah diterimanya. Karna dalam psikologi jika bahan materi diulang-ulang maka akan mudah mengingatnya. Melihat kondisi saat ini, bahwa penulis mengamati secara langsung dengan pendidikan saat ini. Konsep pengajaran yang berlangsung saat ini kurang menerapkan metode dan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan peserta didik di madrasah. Karena pengajaran yang kurang menkondisikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Hal ini didukung dengan penelitian Abdul Rahman (2019:114) persoalan yang paling krusial adalah berkenaan dengan kesiapan guru pada pembelajaran yang ada pada kurikulum 2013. Dalam hal ini, ada beberapa guru yang memberikan pelajaran dengan metode konvensional, tentu hal yang demikian bertolak belakang dengan pelaksaanaan kurikulum 2013 yang menuntut penerapan metode inkuiri atau discovey learning. Peran guru sangat penting dalam menerapkan kurikulum 2013. Dalam hal ini guru dapat mendorong murid agar lebih baik dengan menfungsikan kemampuan dalam hal observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. untuk mengatasi kesenjangan ini dibutuhkan worshop yang mampu merubah “mindset” guru agar mampu dan mau mengembangkankan metode pembelajaran lebih baik. B. Latar Belakang Kehidupan Jean Piaget Jean Piaget merupakan seorang pemikir yang dilahirkan kota Neutachel, Swiss. Ia dilahirkan pada 9 agustus 1896. Orang tuanya seorang ternama Arthur Piaget dan Rebecca Jakson. Arthur Piaget merupakan seorang profesor yang menekuni pada bidang sejarah lokal dan menguasai keilmuan sejarah. Kemudian ibunya Rebecca Jakson merupakan seorang yang cerdas dan ibunya sedikit megidap penyakit neurotik. Dengan begitu ada sedikit kesan yang membuat Jean Piaget membuat ingin mempelajari disiplin ilmu psikologi. Jean Piaget sendiri merupakan anak sulung yang bebas menetukan keinginannnya. Sejak kanak-kanak dia sangat tertarik dengan ilmu alam. Jean Piaget sendiri sangat suka mengumpulkan tulang-tulang kerangka burung kecil. Pada usia sepuluh tahun dia menerbitkan makalah pertamanya yang memaparkan penelitian tentang kerangka burung gereja albino. Pada usia remaja, Jean Piaget sedikit mengalami krisis keyakinan dengan batinnya. Karena didorong ibunya Rebecca Jackson untuk fokus pada ajaran-ajaran religious, dia sangat merasa bahwa ajaran religius sangat kenak-kanakan dengan argumen-argumen yang telah diberikan kepadanya. Setelah dirinya berlajar menekuni filsafat dan logika, kemudian ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya demi menemukan penjelasan tentang biologis-biologis tentang pengetahuan. Dalam pengalaman singkatnya, karena ia gagal mempelajari filsafat dalam melaksanakan penelitian, maka ia beralih ke psikologi. Setelah meluluskan sekolah ditingkat menengahnya, dia melanjutkan pendidikan ke University of Neuchate. Karena terlalu memaksakan diri belajar dan menulis, dia mengalami sakit parah dan disarankan untuk istirahat kepegunungan selama setahun. Ketika kembali ke Neuchatel, dia memutuskan untuk menuliskan filosofi hidupnya. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi titik pusat seluruh karya dan perjalanan hidupnya. Riwayat pendidikan Jean Piaget sendiri, ia memperoleh gelar Ph,D dalam biologi pada umur 21, dan menaruh perhatian pada epistemologi (epistemologi ialah cabang filsafat yang mempersoalkan hakikat pengetahuan). Piaget mempelajari berpikir pada anak-anak, sebab ia yakin bahwa dengan cara ini ia akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi, seperti, seperti “Bagaimana kita memperoleh pengetahuan?” dan Bagaimana kita tahu apa yang kita ketahui?” Piaget sendiri melanjutkan studinya dari swiss ke Grange-aux –Belles, prancis. Disana Jean Piaget sendiri mengajar disekolah yang dikelola oleh Alfred Binet. Alfred Binet merupakan pengembang dari tes Intelegensi Binet. Dalam masa membantu Alfrend Binet ia memperhatikan perkembangan pada intelegensi anak dari anak kecil hingga dewasa. Disini ia menemukan perbedaan antara cara berpikir orang kecil dengan orang dewasa. Diperolehlah proses teori perkembangan kognitif pada anak-anak. Sehingga dikenal dengan teori kognitif atau intelegensi. Dalam kehidupannya ditahun 1923 Piaget menikah dengan salah seorang mahasiswanya Valentine Chatenay. Dari pernikahanlah dikaruniai tiga orang anak yang menjadi subjek penelitiannya. Ditahun 1950 Piaget banyak meneliti di bidang psikologi yang menyangkut persoalan epistemologi. Dalam bukunya ia mencoba menuliskan beberapa aspek pengetahuan, temasuk didalalamnya matematika, fisika, psikologi, biologi dan logika. Dari hal tersebut, ia ingin membuktikan secara ilmiah dengan relasi pengetahuan yang menuntut Piaget membuktikan dengan teori kognitif. Hal ini ia sering lakukan pada perkembangan seseorang. Bahkan ia kerap kali membuktikan perkembangan dengan sejarah pegetahuan. Berbekal dari pengetahuan itulah Piaget dapat melahirkan teori kognitif yang selama ini bisa di ukur melalui perkembangan umur. Seiring dengan perkembangan teorinya ia menjadi guru besar psikologi genetik di univeristas of Sorbone. Pada tahun 1956 ia memulai percobaan penelitiannya dengan pendekatan interdisipliner tentang persoalan-persoalan kognitif dasar. Dalam hal ini Piaget mempersatukan semua ahli untuk memecahkan masalah dan mempesatukan banyak ilmuan. Disini piaget menformulasikan pengetahuan dan melakukan diskusi dengan para ahli mengenai masalah yang dihadapinya terkait matematika, fisika, dan psikologi. Hasil penelitiannya dipublikasikan dalam “monogram studies” dalam epistemology genetic. Disini ada 40 volume yang membahas berbagai penelitianya beberbagai subjek, diantaranya pengertian mengenai proses belajar serta pemikiranya yang condong lebih matematis. Piaget sendiri berhenti pensiun dari Institut Rousseau pada tahun 1971. Sehabis pensiunnya ia tetap aktif dalam menulis. Piaget meninggal pada 16 september di Geneva, Swiss. C. Konsep Teori Jean Piaget Dalam konsep ini piaget banyak menuliskan dan mengembangkan teorinya berdasarkan penelitian yang dilakukan. Disini Piaget menemukan banyak fenomena dan melakukan uji berulang-ulang dengan pengamatan berkelanjutan. Maka dari pengatamannyalah lahir sebuah teori diataranya: a) Intelegensi Dalam intelegensi ini individu secara optimal melakukan hidup secara organisme. Pengertian intelegensi yaitu ciri khas dari individu yang merupakan bawaan. Sehingga membawa organisme yang lebih matang dengan psikologis dan pengalaman. Dalam hal ini, intelegensi merupakan bagian dari integral individu. Maka disini kurikulum pendidikan secara tidak langsung membaca cara berpikir perserta didiknya. b) Skemata Skema dalam penelitian Piaget sendiri yaitu gerakan refleks setiap individu seperti gerakan mengisap, menatap, menggapai dan lain-lain. Pada tahap skema awal yaitu mendeskripsikan keberadaan kondisi yang selama terjadi potensi secara umum. Skema ini mempengaruhi pergerakan fisik, sehingga akan membentuk perilaku dengan lingkunganya. c) Asimilasi dan akomodasi Dalam proses asimilasi yaitu merupakan proses didalam merespon tindakan dengan strutur konitif seseorang. Dalam hal ini, mencocokkan serta menyesuaiaikan struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Sedangkan akomodasi yaitu penciptaan skemata baru atau skema lama. Dalam hal ini, akomodasi akan saling membentuk konsep individu dengan penyesuaian lingkungan. d) Ekuilibrasi Mengapa disebut ekulibrasi dalam perkembangan Piaget, karena ekuilrasi sendiri meupakan penyeimbangan. Dalam hal ini individu melakukan adaptasi bawaan dengan pengalamannya. Sehingga perkembangan kognitif pada anak mempengaruhi terhadap fisik dan juga lingkungannya. Dalam hal ini, anak meyeimbangkan perilaku dengan suasana atau kondisi barunya. e) Interiosasi Pengertian sederhana dari interiosasi yaitu penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatkannya struktur kognitif. Dalam hal ini, perkembangan pada struktur kognitif anak bisa memecahkan masah yang lebih rumit, karena pengalaman pada dirinya akan beradaptasi dengan lingkungannya. Jean Piaget dalam kondisi seperti ini disebut operasi atau berpikir. D. Tiga Aspek Perkembangan Intelektual Jean Piaget Dari beberapa jurnal belum terlihat yang menjelaskan secara rinci mengenai perkembangan kognitif Intelektual Jean Piaget. Untuk itu, penulis menjabarkan mengenai konsep dasar Jean Piaget yang mengembangkan teori intlektualnya. Jean Piaget mengembangkan teori berdasakan pengalaman yaitu struktur, isi dan fungsi. Corak pemikirannya dialiri oleh filsafat dan psikologis yang condong terhadap pengetahuan psikologi belajar. Teori yang dibuat Jean Piaget sangat simpel alias sangat sedehana. Dari ketiga struktur tersebut, Jean Piaget menjelaskan perilaku manusia. Didalam teori tersebut Jean Piaget mengembangkan teori kognitifnya. Menurut jean Piaget ada beberapa aspek perkembanga intelektual, diantaranya: 1) Struktur Struktur merupakan skemata yang disebut organisasi mental tinggi, bahkan tingkatan tingginya lebih dari operasi-operasi. Menurut Jean Piaget, bahwa struktur intelektual sendiri terbentuk pada individu ketika beradaptasi dengan lingungannya. Dari struktur maka akan memudahkan individu untuk menghadapi tuntutan yang makin meningkat dengan lingkungan. Dibangunnya struktur atau skemata berarti telah terjadi perubahan pada intelektual anak. 2) Isi Isi disini merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon terhadap berbagai masalah dengan situasi yang dihadapinya. Pada tahun 1920 dan 1930 penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak, misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak kecil hingga besar, konsepsi anak tentang alam sekitarnya, yaitu pohon-pohon, matahari, bulan, dan konsepsi anak tentang beberapa peristiwa alam, seperti bergeraknya awan dan sungai. 3) Fungsi Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget, perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi organisme dan adaptasi. Dalam hal ini, Piaget menggambarkan penelitiannya dengan seekor ikan. Dalam lingkungan fisik misalnya, ikan memiliki sejumlah struktur yang membuat ikan berfungsi secara efektif dalam air, yaitu insang, sistem sirkulasi, mekanisme suhu. Disini ia menggkoordinasikan strutur, isi dan fungsinya. Dalam organisasi, pada tingkat psikologis bayi mempunyai struktur perilaku yang terpisah dalam visual dan memegang. Bersamaan dengan itu, struktur fisik dan struktur psikologis diintegrasikan menjadi struktur tingkat tinggi. Adapun fungsi yang menyangkut dengan perkembangan intelektual adalah adaptasi. Dari adaptasi ini kecenderungan organisme menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Adaptasi dengan lingkungan melewati dua proses, yaitu asimiliasi dan akomodasi. Dalam asimilasi seseorang menggunakan kemampuan struktur dalam menangani masalah yang dihadapinya. Dalam akomodasi, seseorang perlu memodifikasi sruktur mental dengan respon yang dihadapinya. Contoh berikut menunjukkan hubungan antara asimilasi dan akomodasi. Seorang anak yang mengetahui bahwa cara membuka laci dengan menarik harus mengembangan gerak-gerak tangan baru untuk membuka laci dengan cara memutar tombol; ia harus berakomodasi terhadap lingkungannya. Tetapi, sekali ia telah mempelajari respons baru ini, ia akan tetap mengingat urutan perilaku untuk membuka laci semacam ini. Ia mengadakan asimilasi terhadap lingkungannya. Secara ringkas, dapat dikatakan bila seorang anak memiliki pola perilaku untuk berinteraksi dengan lingkungannya, ia mengadakan asimilasi. Bila ia tidak memiliki sekumpulan perilaku untuk menanggapi suatu situasi, maka ia harus mengubah pola responnya, dan dia berakomodasi terhadap lingkungannya. E. Tahap-tahap Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Selain itu ada beberapa tahap-tahap perkembangan kognitif Jean Piaget, diantaranya: 1. Tingkat Sensori Motor (0-2 Tahun) Dalam tingkat sensori motor kurang lebih umur sejak bayi dilahirkan hingga umur dua tahun. Dalam hal ini tingkat sensori motor akan sangat aktif. Dengan begitu tingkat sensori motornya akan mengatur dengan alam perkembangan dan inderanya (sensori) serta tindakan-tindakan (motor). Selama pada tingkat sensori motor ini bayi menggunakan objek permanen. Jika ada benda yang disembunyikan maka akan sulit untuk menemukannya. Namun, pada masa bayi ini tingkat pengalamannya bertambah. Ia juga menyadari penuh bahwa benda yang semua disembunyikan masih ada dan ia mulai meraba mencari keberadaan benda tersebut. Dalam hal ini, konsep-konsep lahir berupa pengalaman berkembang menjadi ekplorasi kedalam perilaku anak. Dalam perkembangan Piaget bayi yang baru lahir memiliki sejumlah refleks bawaan yang sangat tajam. Selain itu, dorongan keinginannya untuk merefleksikan dunianya. Pergerakan pada bayi pada tahap ini ia akan mencoba untuk menggerakkan fisik fungsi dari pergerakan tubuh dan juga sensori atau alat indera. Anak pada masa bayi ia akan mudah fokus pada benda-benda. Pekembangannya semakin berkembang seiring dengan objek dan pengamatannya. Namun, pada masa bayi ini untuk menyimpan ingatannya belum terlalu kuat. Kemudian pada bayi ini anak akan merangkai simbol-simbol dengan coretan kertas. Disini anak menyusun skema. Dalam hal ini misalnya anak mulai berbicara serta meniru suara kendaraan binatang dan menunjuk-nunjuk. Pada hal ini, anak belum memahami secara penuh dimensi. Kecerdasan anak pada masa bayi ini masih belum bisa diuraikan pada masa tegang, kaku serta belum bisa menyimpulkan secara penuh. Kesimpulan dalam hal ini bayi secara refleks ia dapat menggabungkan skema bawaaan dan modifikasi sesuai dengan tingkah lakunya. Hal ini indera pada anak sangat membentuk perkembangan kognitifnya dengan membawa pesan-pesan kedalam otak (pikirannya). 2. Tingkat Pra-operasional (2 – 7 Tahun) Tingkat pra-operasional yaitu pada umur dua sampai tujuh tahun. Dalam masa umur ini mental seorang anak belum mampu secara penuh untuk berpikir secara obyektif dengan penambahan dan pengurangan dan lain-lain. Disini ada sub tingkat pertama disebut pra-logis dari umur 2-4 tahun, kemudian sub kedua tingkat berpikir intuitif dihitung umur 4-7 tahun. Pada sub tingkat pra-logis penalaran anak adalah transduktif. Kita mengetahui bahwa deduksi ialah ialah menalar dari umum ke khusus. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa semua anak itu baik. Jika kita melihat seorang anak, maka kita mendeduksi bahwa anak itu baik. Kebalikan dari deduksi ialah induksi, yaitu mengambil generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sebagai contoh, jika kita bertemu dengan beberapa orang anak yang baik, maka kita simpulkan bahwa semua anak itu baik. Bagaimana dengan penalaran anak pada tingkat pra-logis? Menurut Piaget, penalaran si anak bukan deduksi dan bukan pula induksi. Mereka bergerak dari khusus ke khusus, tanpa menyentuh pada yang umum. Anak itu melihat suatu hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya tidak ada. Piaget menyebut ibi sebagai penalaran trasnduktif. Pada tahap ini anak akan berpikir secara konkirt. Dalam hal ini operasi konkrit merupakan perkembangan kognitif pada anak berupa tindakan-tidakan kognitif, seperti menata letak benda dan mengelompokkan benda-benda sesuai urutannya. Pada tahap ini anak belum mampu mengetahui secara penuh. Anak pada tahap ini belum memahami secara penuh. Dalam tahap pra-perasional ini anak belajar mempresentasikan benda-benda, gambar-gambar dan kata-kata. Serta anak dapat mengingat ciri-ciri dari benda tersebut. 3. Operasinal Konkret (7-11 Tahun) Pada tahap operasional konkret sekitar umur 7-11 tahun. Ditingkat inilah anak mulai berpikir secara rasional. Dengan begitu, anak mampu berpikir secara logis. Artian logis disini bisa menalar dengan kemampuan perkembangan kognitif dan simbol-simbol. Dalam hal ini pikiran anak dan persepsi anak masih sangat terbatas. sehingga pada tahap konkrit ini anak lebih memilih pengambilan keputusan secara logis. Pada masa umur seperti ini anak berada disekolah dasar (SD) mengetahui secara umum fungsi operasi dengan tahap konkrit. Anak bisa mengklasifikasikan, mampu memandang objek dengan sudut pandangnya. Pada tahap ini anak bisa menggunakan pikiran sesuai dengan logika, tanpa benda dihadapannya, oleh karena itu disebut sebagai tahap operasional konkrit. Sebagai contoh anak bisa mengukur dengan bentuk dan lebar cangkir, anak bisa menghitung secara logis 1+1=2, dan meghitung secara matang. 4. Operasional Formal (11 Tahun- keatas) Pada umur kira-kira 11 tahun, timbul periode operasi baru. Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi-operasi kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah bahwa ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret; ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Sudah dikemuakakan terdahulu, bahwa anak pada periode operasional konkret dapat mengurutkan benda-benda menurut ukurannya. Tetapi, baru waktu ia mencapai periode operasional ormal ia dapat memecahkan masalah. Verbal yang serupa; Ani lebih putih dari pada Siti. Ani lebih hitam dari pada Lili. Siapakah yang terhitam dari ketiga anak ini? F. Kondisi Belajar Optimal Dalam Pendidikan Berdasarkan Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Pendidikan Islam Dalam perkembangan kognitif Jean piaget kondisi belajar ditentukan pada saat anak sudah merespon secara baik terhadap stimulasi. Akan hal ini, Piaget juga mengembangkan struktur tahap perkembangan kognitif. Didalam perkembangan kognitif Piaget juga membagi kedalam beberapa tahap. Sehingga dari tahap tersebut kita bisa secara langsung menentukan kondisi belajar pada anak. Mulai sejak saat bayi anak mengalami perkembangan kognitif secara runtut dengan perkembangan intelegensi dan visual. Karena perkembangan kecerdasan pada masa saat bayi bisa dilihat dengan gerak, tingkah laku dan tawa bayi. Dalam masa yang lebih lanjut Tingkat Pra-operasional (2 – 7 Tahun) anak bisa mulai meraba dan menghitung. Apalagi dalam masa ini anak lebih menyukai warna. Maka dalam masa ini anak bisa mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD). Oleh karena itulah, masa PAUD ini anak dilatih berkembang secara aktif. Guru lebih mengisi dengan mainan dan juga melatih anak membaca iqra’. Karena dalam masa ini respon anak sangat kuat. Kemudian untuk tahap optimalnya anak bisa bersekolah pada masa Operasinal Konkret (7-11 Tahun) karena masa sekolah merupakan masa anak mampu berpikir secara logis dan operasinal. Masa ini anak juga mampu berpikir secara kognitif serta mampu mengingat simbol-simbol serta memperhitungkan secara matematis. Bahwa anak dalam masa inilah anak memiliki bekal potensi yang dimiliki dari pengalaman. Dari pengalaman itulah anak otaknya sudah terasimilasi dan akomodasi sejak ia lahir. Perkembangan kognitif pengetahuan tentang anak akan masa belajar akan lebih signifikan jika ia bisa mengerti tentang alam contohnya: ini satu, ini warna biru dan itu bintang. Dari perkembangan yang sederhana itulah anak mendapatkan pengalaman. Namun Piaget menjelaskan secara jelas bahwa kondisi optimal anak untuk belajar pada dasarnya berdasarkan pada pengalaman. Untuk melihat kondisi secara optimal maka bisa melihat pada tahap perkembangan kognitif Jean Piaget. Namun dalam konsep pendidikan islam anak bisa mulai bisa belajar dari buaian hingga keliang lahat. Islam memandang anak yang baru lahir merupakan fitrah yang masih suci. Dalam sebuah kiasan dikatakan: اُØ·ْÙ„ُبِ العِÙ„ْÙ…َ Ù…ِÙ†َ المَÙ‡ْدِ Ø¥ِلىَ اللَّØ­ْدِ Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat Namun Al-Qur’an juga menjelaskan mengenai tentang belajar membaca. Karena pada dasarnya membaca pada anak akan merespon kemampuan kognitif. Sebagaimana dalam surah Al-alaq: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangmenciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Ma-hamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S AL-alaq:1-5). Dari hal diatas, bahwa konsep pengetahuan membaca merupakan pengetahuan kognitif. Dari ayat diatas, bahwa islam memandang bahwa pengetahuan masa kecil bisa dimulai dengan mengajarkan ayat-ayat suci dan mengembagkan kemampuan dengan melatih membaca. Sehingga pada masa inilah anak mampu berdaptasi dengan lingkungan dan dengan rukh Tuhan-nya. G. Cara Jean Piaget Memperoleh Pengetahuan Dalam hal ini perkembangan teori Piaget dalam pendidikan islam masih sangat minim dengan praktek pendidikan masa kini. Terkait dengan cara mengajar guru belum memakai metode dengan perkembangan peserta didik. Maka dalam hal ini penulis menjabarkan bagaimana Jean Piaget memperoleh pengetahuan: 1. Konstruksi pengetahuan Dalm hal ini Jean Piaget menggunakan metode ekuilibrasi sebagai medium kesimbangan menuju ke ekuilibrium. Ekuilibiriumnya merupakan suatu proses konstruktif. Piaget membedakan tiga macam ekuilibrasi (Kamii,1979): 1) Antara subjek dan objek 2) Antara skema-skema atau sub sistem 3) Antara pengetahuan keseluruhannya dan bagian-bagiannya. Dalam pengertian secara umum ekuilibrasi adalah perkembangan kognisi untuk mencari keseimbangan. Ekuilibrasi merupakan kemampuan diri individu agar ia mampu beradaptasi dan menyesuaikan terhadap lingkungannya. Dengan hal ini, individu akan melakukan ekuilibrasi dengan lingkungan. Maka agar terjadinya asimilasi dan akomodasi terjadi secara seksama. Untuk hal itu, peristiwa demikian menjadikan anak bisa berdaptasi dengan perkembangan kognisinya. Sebagai contoh nyata: bayi yang biasanya mendapatkan susu dari payudara ibunya ataupun botol plastik. Kemudian seketika ia diberi susu dengan gelas. Tanpa secara tidak langsung ia belajar menyedot susu dengan gerakan mulut dan lidah. Ia membutuhtuhkan akomodasi skema lama untuk beradaptasi dengan asimilasi. Dari sinilah timbulah ekuilibrium dengan masa pertumbuhannya. 2. Model kontrukvistis dalam mengajar Dalam model ini model konstruvisme adalah dimana anak-anak memperoleh pengetahuan secara banyak yang diperolehnya diluar sekolah. Dalam hal itu proses alamiah yang ia pelajari semakin berkembang seiring dengan perkembangan anak. Maka dari itu, pendidikan anak bisa bekembang secara baik. Namun, dalam strategi mengajar Piaget memberikan anjuran kepada siswa-siswa, antara lain: a. Siapkanlah benda-benda nyata untuk digunakan para siswa b. Dengan memperhatikan mengenai berbuat terhadap benda-benda, pilihlah pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c. Perkenalkan kegiatan yang layak, dan manarik, dan berilah para siswa d. Tekankan penciptaan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah dan demikian pula pemecahan-pemecahannya. e. Anjuran para siswa untuk saling berinteraksi f. Hindari Istilah-istilah teknis dan tekankan berpikir g. Anjuran para siswa berpikir dengan cara mereka sendiri h. Perkenalkan ulang-ulang (reintroduce) materi dan kegiatan yang sama setelah beberapa tahun. H. Kekurangan dan Kelebihan Teori Jean Piaget a. Kekurangan (Kelemahan) Ada beberapa kekurangan/kelemahan pada aspek teori belajar kognitif (Cognitive development theory) jika diterapkan dalam pembelajaran, yaitu: 1) Dalam perkembangan teori kognitif lebih menekankan kemampuan intelegensi (ingatan) dan anak didik dianggap memiliki kemampuan yang sama. Padahal anak didik cenderung memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Intinya dalam hal ini, kemampuan kognitif diaggap sama. Itulah yang menjadikan kelemahannya. 2) Dalam hal ini anak kurang menemukan gaya belajarnya sendiri. Karena pada perkembangan kognitif anak dilatih untuk berpikir dengan kemampuan daya ingatnya masing-masing. Dalam hal ini anak seharusnya bisa mengembangkan pengetahuan yang bisa diperoleh dan bisa dieksplorasi dengan pemahaman yang dia miliki. 3) Jika dalam pembelajaran anak hanya menggunakan pembelajaran kognitif saja tentu anak didik akan mengerti materi saja. Siswa kurang menguasai praktek yang sesungguhnya. 4) Jika sebaliknya dalam sekolah SMK/kejuruan tentu akan mengalami kesulitan jika didalamya kognitif saja tanpa diimbangi dengan praktek. Tentu para siswa akan sulit. Begitupun pada pelajaran agama jika hanya mengedepankan kognitif tanpa mengetahui praktek maka kepribadian anak tidak akan terbentuk. 5) Dalam teori kognitif Jean Piaget bahwa peserta didik lebih ditekankan pada akademik. Tanpa mengimbangi kebutuhan setelah lulus dari sekolah. Lebih menekankan kemampuan kognisi dibanding kualitas. b. Kelebihan Kelebihan yang ada pada perkembangan kognitif Jean Piaget bisa lihat dengan pelaksaan program pengajaran antara lain: 1) Pada teori perkembangan kognitif lebih mengutamakan pada perkembangan individu. Individu dikembangkan dengan aspek pengetahuan yang dimiliki. Dalam hal ini aspek pendidikan Indonesia juga lebih mengedepankan kurikulum sebagai perkembangan kognitif. 2) Perkembangan kognitif lebih menekankan pada materi saja, dalam hal pengembangannya pendidik hanya memantau dan selanjutnya peserta didik yang mengembangkan. 3) Perkembangan kognitif lebih berpusat pada otak, hal ini peserta didik hanya fokus pada ingatan saja. 4) Dalam perkembangan kognitif pendidik akan tahu lebih cepat kelemahan peserta didik. 5) Siswa dapat meningkatkan kemampuan dirinya dalam memecahkan masalah. Karena dalam hal ini, peserta didik dibekali pengetahuan yang cukup. 6) Peserta didik lebih bisa untuk berinovasi dari pengetahuan yang dimilikinya. 7) Pendidik bisa meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 8) Mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran dan kurikulum di Indonesia. 9) Peserta didik akan lebih mudah untuk berdiskusi dengan temannya. 10) Anak dapat mengikuti pembelajaran secara terintegrasi sesuai dengan jalur pendidikan. 11) Dapat mengetahui perkembangan kognisi pada setiap peserta didik. 12) Dapat memahami siklus belajar berdasarkan perkembangan kognitif. I. Aplikasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget terhadap pendidikan Madrasah di Indonesia Implikasi sediri merupakan penerapan atau keterlibatan dalam secara langsung dengan perkembangan kognitif Jean Piaget. Implikasi dalam hal ini keterlibatan secara menyeluruh mengenai proses pengajaran berdasarkan pada cara, metode mengajar dan perkembangan kognitif siswa sendiri. Maka dalam hal ini anak diajarkan untuk mengkonstruksi serta memperoleh pengetahuan berdasarkan kemampuan kognitifnya. Kognitif merupakan kognisi yang berarti pengetahuan. Dalam kognisi anak bisa menata, mengolah ide dan mengorganisasikan dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam hal ini, kognisi merupakan salah satu alat utama dalam mentransfer sebuah ide ke tahap perkembangan sensorinya. Dengan begitu, akal akan merespon dengan menghasilkan pergerakan fisik. Kemampuan adaptasi anak merupakan dari perkembangan kognisi anak. Dalam hal ini, kurikulum pendidikan islam di Indonesia akan sangat maju bila mempertimbangkan kognitif Jean Piaget. Pencapaian dalam perkembangan Piaget sendiri merupakan bentuk penelitiannya. Maka perkembangan kognitif Jean Piaget sangat sesuai dengan pembelajaran di madrasah. Dalam konteks yang sebenarnya perkembangan kognitif Jean Piaget bisa menjadi salah satu rujukan dalam memajukan kurikulum di Indonesia. Dalam hal ini, pendidik mengembangkan kompetensi peserta didik dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa disekolah. Dengan demikian, implikasi perkembangan pada madrasah akan dapat merespon sesuai dengan perkembangan kognitif, sebagai berikut: 1. Pembelajaran pada tingkat Raudhatul Athfal (RA). Peserta didik pada tingkat RA adalah anak usia 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun. Dalam tahap perkembangan kognitif Piaget, anak pada usia ini berada pada tahap Pra-Operasi. Pada tahap ini, pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang tepat digunakan adalah menggunakan alat peraga atau media belajar. Melalui pendekatan ini, anak dibiasakan untuk mengenal sesuatu secara konkrit, bukan abstrak. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak. 2. Pembelajaran pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI). Anak didik yang belajar pada tingkat MI adalah rata-rata berusia 6 (enam) sampai 12 (dua belas) tahun. Jika merujuk pada teori tahap perkembangan kognitif Piaget, anak pada usia ini berada pada tahap Operasi konkrit. Anak-anak usia ini pada umumnya telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan terwujud dalam memahami konsep kekekalan. Kemampuan untuk mengklasifikasikan, dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda. Dengan tahapan kognitif seperti itu, maka pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah selain menggunakan media belajar, pembelajaran lebih diarahkan pada dialog, diskusi kelompok, dan tanya-jawab. 3. Pembelajaran pada tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs). Peserta didik pada tingkat ini rata-rata berusia 11 (sebelas) sampai 15 (lima belas) tahun. Dalam teori Piaget, anak pada usia ini telah berada pada tahap operasi formal. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dengan menggunakan logika. Benda-benda konkrit tidak diperlukan lagi, sehingga pendekatan pembelajaran yang tepat adalah bagaimana membiasakan siswa untuk bekerja sama (cooperative learning) serta menyelesaikan masalah (problem solving). 4. Pembelajaran pada tingkat Madrasah Aliyah (MA). Anak pada usia SMA sudah memasuki usia dewasa, biasanya mempunyai umur antara 15 (lima belas) sampai 18 (delapan belas) tahun. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada usia ini berada pada tahap operasi formal. Tetapi, karena tingkatannya sudah lebih dewasa dari pada anak usia MTs, maka pembelajaran pada tingkat MA akan lebih tepat kalau diarahkan pada pembelajaran penemuan (discovery learning). Dengan metode ini, peserta didik diberikan ruang ekspresi untuk mengembangkan daya nalarnya guna menemukan pengetahuan baru tanpa terikat oleh target kurikulum. Mengenai implementasi perkembangan kognitif jean Piaget di Indonesia. Tujuan perkembangan kognitif ialah untuk mengembangkan intelegensinya. Secara lebih luar untuk membuka pikiran serta mengontrol agar dapat memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam perkembangan kognitif didalam pendidikan ketika anak melakukan kesalahan atau jarang masuk sekolah. Guru terlebih dahulu tidak memberi sangsi. Akan tetapi langkah-langkah yang baik ialah dengan melakukan pendekatan dan diimbangi dengan diskusi. Cara demikian akan mudah untuk dilakukan secara logis. Karena dalam hal ini, kontek cara berpikir anak kecil dan dewasa tentu sangat berbeda. Dalam pengembangan teori kognitif Jean Piaget menggunakan tahap-tahap dalam melihat personal individu karakter anak didiknya. Dalam hal ini setiap mata pelajaran disekolah tentunya mengkondisikan dengan karakter peserta didik. Maka dalam hal ini aplikasi pengembangan teori kognitif bisa dijabarkan dengan implementasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Karakteristik peserta didik dalam pendidikan agama islam 1) Dalam setiap pendidikan agama islam mata yang dikembangkan berasal dari dasar (pokok) ajaran agama islam. 2) Mata pelajaran pendidikan agama islam sendiri merupakan komponen yang tidak dipisahkan dengan mata pelajaran yang lain, karenanya mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhan yang Maha Esa. 3) Mata pelajaran pendidikan agama islam tidak hanya mengatarkan peserta didik pada penguasaan pelajaran saja tetapi juga mendalami kajian keislaman serta dapat mengamalkannya. 4) Dalam sumber ajaran Islam perkembangan materi pendidikan Islam tidak lepas dari Al-Qur’an dan Hadist dengan mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan islam dan hasil ijtihad lainya. 5) Prinsip dasar pendidikan agama islam merupakan unsur dasar islam yaitu akidah, syariah dan akhlak. Dari semuanya merupakan penjabaran dari iman, islam dan ihsan. 6) Inti dari pendidikan agama islam terbentuknya karater peserta didik yang memiliki akhlak mulia yang baik. 7) Karena itulah maka Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peseta didik, terutama yang beragama Islam, atau yang beragama Lain yang didasari dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya. b. Kesiapan mental anak didik Dalam teori pekembangan mental yaitu bisa disebut dengan teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut bekenaan dengan kesiapan belajar anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffedi, 1988:132) c. Metode Penyampaian Guru Dalam hal ini guru atau pendidik menggunakan metode yang yang sesuai dengan pembelajaran peserta didik. Dalam penggunaan metode guru juga memakai kreasi dalam mengajar. Karena dengan metode yang sesuai maka anak didik dapat merespon dengan baik. Dari sini akan tampak hasil ketika mereka menguasai dan menangkap pembelajaran yang dilakukan didalam kelas. Ada tiga ciri yang tampak dari orang yang mempelajari suatu objek (pengetahuan) tertentu, yaitu (1) adanya objek (pengetahuan, sikap atau ketrampilan) yang menjadi tujuan untuk dikuasasi; (2) terjadinya proses, berupa interaksi antara seseorang dengan lingkungannya atau sumber belajar (orang,media, dan sebagainya), baik melalui pengalaman langsung atau belajar berpartisipasi dengan berbuat sesuatu maupun pengalaman pengganti; (3) terjadinya perubahan perilaku baru sebagai akibat mempelajari suatu objek (pengetahuan) tertentu. d. Peran pendidik Dalam hal ini peran guru atau pendidik sendiri mengembangkan kognitif anak didik. Selain itu, ia juga memahami apa yang dibutuhkan peserta didik. Karena faktor media dan sumber bahan ajar akan mempengaruhi mereka secara jelas. Karena dalam penelitian, Piaget memberikan contoh dalam perkembangan peserta didik yaitu dengan memperagakan cara dan aturan dalam media pembelajaran. Dalam hal ini peran guru membimbing, mengarahkan dan mendidik. Terkait desain pembelajaran guru bisa mengembangkan desain pembelajaran dengan melihat kemampuan anak didik. Selain itu guru bisa mengubah gaya belajar untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya. Guru sebagai transer of knowledge (Trasfer Ilmu Pengetahuan) sekaligus mentrasnfer nilai (transfer of value) disini mental guru membentuk anak didik agar cakap dengan kemampuan mentalnya dan intelegensinya. K. Kesimpulan Berdasarkan perkembangan Kognitif Jean Piaget. Perkembangan kognitif Jean Piaget sendiri merupakan perkembangan yang menekankan pada tiga apek pertumbuhan intelektual, yaitu struktur, isi dan fungsi. Sedangkan perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Dalam proses pembelajaran setidaknya pendidik menyesuaikan dengan proses kognitif yang dilalui siswa. Sebab konsep antara anak-anak dengan orang dewasa sangat berbeda. Dalam proses pembelajaran perkembangan kognitif disesuaikan dengan perkembangan siswa. Karena tingkah laku siswa berdasarkan pada kognisi, yakni berupa tindakan untuk mengenal dan memikirkan kondisi suatu perilaku yang terjadi. Secara tidak langsung perkembangan kognitif pada anak terbentuk dengan siklus belajar. Sehingga terbentuklah konsep dalam mengolah pikiran berupa imajinasi, rangsangan dalam melakukan tindakan. Dalam hal pembelajaran, para guru bisa menggunakan alat peraga atau media belajar; selain menggunakan media belajar, anak bisa diarahkan dengan metode lainnya seperti tanya jawab, dialog, diskusi kelompok, kerja sama (Cooperative learning dan pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Dalam hal ini perkembangan kognitif Jean Piaget sendiri merupakan teori yang menjelaskan sub-sub tahap dalam perkembangan psikomotorik. Sehingga anak bisa beradaptasi dan menyesuaikan gerakan fisik dengan lingkungan disekitarnya serta mampu mengelompokkan benda-benda untuk mengetahui persamaan dan perbedaan serta mengetahui pemecahan masalah pada suatu objek benda pada peristiwa tersebut. Piaget memang tidak membahas secara langsung tentang pendidikan, akan tetapi dia memberikan rekomendasi tentang masalah pendidikan. Bagi Piaget, belajar adalah keaktifan peserta didik, sesuai dengan tahap perkembangan kognisinya. Dalam pendidikan islam terdapat nilai-nilai yangterintegrasi dalam proses individu setiap anak. Namun secara umum, Piaget sendiri memberikan solusi dengan metode pembelajaran pada anak. Sehingga pelajaran agama bisa dapat memperkembangkan teori dan juga metode belajar. Disisi lain peran guru juga sagat penting dalam mendorong peserta didik dalam belajar mereka. DAFTAP PUSTAKA Ramadhani, Reski, Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget, diambil dari: http://sutryany.blogspot.com/2015/10/makalah-ppkn-teori-belajar-kognitif.html, diakses pada: 23/03/2020. Yahya AD, Konseli Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal), Konsep Perkembangan Kognitif AL-Ghazali dan Jean Piaget, Universitas Islam Negeri raden Intan lampung. Diambil dari: https://www.researchgate.net/ publication/330517679_Konsep_Perkem bangan_Kognitif_Perspektif_AlGhazali_ Dan_Jean_Piaget/link/5c45de17299bf12be3d8ea31/download, diakses pada: 23/3/2020. Teori-teori Jean Piaget, diambil dari: http://makalahpendidikanislamlengkap. blogspot.com/2015/06/ teori-kognitif-jean-piaget.html, diakses pada 26/03/2020. Wilis Dahar, Ratna (Guru Besar FMIPA IKIP Bandung), Teori-Teori Belajar, Jakarta: Penerbit Erlangga, PT. Gelora Aksara Pratama, Cetakan Kedua, 1991. Ichsan, Mempertimbangkan Teori Perkembangan Kogniti Jean Paiget Dalam Pembelajaran PAI, diambil dari: https://media.neliti.com/media/publications/284512-mempertimbangkan-teori-perkembangan-kogn-dedaa7b0.pdf, diakses pada 20/03/2020. Rahman, Abdul, Bahar, Syamsul, Kesiapan Sekolah dalam Menimplementasikan Kurikulum 2013: Studi Deskriptif di Kecamatan Palu Barat dan Palu Timur Kota Palu, Program Studi PGSD Universitas Tadulako, Jurnal Inspirasi Pendidikan Vol.9 No.2. 2019. Sarwo Edy, Sri Uchtiawati, Msi, Teori Belajar, Yogyakarta: Penerbit UGM Press, Cetakan Oktober, 2017. <-- download="" reboza="" sabireejo--="" timer="">
Download File Klik
Reboza Sambirejo File Size 5MB
Jika tidak terdownload otomatis silahkan klik Download Ulang. Dan jika link rusak silahkan lapor melalui halaman Contact Us. Pasword File Anda: (Tanya Admin)

Posting Komentar untuk "APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET PADA ANAK DALAM PENDIDIKAN MADRASAH DI INDONESIA1920401008119204010081"