Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MAKALAH PRAKTIKUM KEPERAWATAN DEWASA I MANAJEMEN TERAPI INSULIN











MAKALAH PRAKTIKUM KEPERAWATAN DEWASA I

MANAJEMEN TERAPI INSULIN

Instruktur : Andri Setyorini S.Kep.,Ns.,M.Kep.


 


Disusun Oleh

Nama : Luluk Maisyaroh 

NIM : 04.15.4238

Kelompok : 3D

Kelas : D/KP/III




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL 

YOGYAKARTA 

2016





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang


Kemajuan di bidang bioteknologi yang lain diantaranya adalah sintesis insulin dengan bantuan bakteri yang biasa terdapat di usus besar, namanya Escherichia coli. Teknologi dasar proses ini disebut dengan teknologi plasmid.Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of Langeerhans)yang terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha (α) menghasilkan glukagon, sel beta (β) menghasilkan insulin dan merupakan jenis sel pankreas paling banyak, sel deltha (D) menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui, dan sel PP menghasilkan polipeptida pancreas.

Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, sekresi hormon insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk sekresin hormon glukagon akan meningkatkan kadar gula dalam darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).

Insulin adalah hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi mengatur kadar gula darah bersama hormon glukagon. Kekurangan insulin karena cacat genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus (kencing manis) yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan hingga impotensi. 

Sebelum ditemukan teknik sintesis insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh. Setelah ditemukan teknik sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan dengan sangat drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes melitus.



B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari insulin?

2. Apa saja indikasi terapi dengan insulin?

3. Apa saja tipe - jenis dari Insulin?

4. Bagaimana mekanisme kinerja insulin dalam tubuh?

5. Apa saja jenis alat suntik (syringe) insulin?

6. Bagaimana teknik penyuntikan insulin?

7. Berapa dosis pemberian insulin?

8. Apa efek samping penggunaan insulin?

 10. Bagaimana SOP pemberian insulin?

11.Bagaimana EBN dari pemberian insulin?


C. Tujuan 

1. Mengetahui pengertian dari insulin?

2. Mengetahui indikasi terapi dengan insulin?

3. Mengetahui tipe - jenis dari Insulin?

4. Mengetahui mekanisme kinerja insulin dalam tubuh?

5. Mengetahui jenis alat suntik (syringe) insulin?

6. Mengetahui teknik penyuntikan insulin?

7. Mengetahui dosis pemberian insulin?

8. Mengetahui efek samping penggunaan insulin?

10.Mengetahui SOP pemberian insulin?

11.Mengetahui EBN dari pemberian insulin?









                                                                 BAB II

                                                        PEMBAHASAN


A. Pengertian Insulin

Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedangkan insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.


B. Indikasi Terapi Dengan Insulin 

1. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak     dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

2. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi    kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan        memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.

3. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.

4. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.

5. Ketoasidosis diabetik.

6. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.

7. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak   dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

9. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.



C. Tipe - Jenis Insulin

Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Insulin kerja panjang

Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard


2. Insulin kerja menengah

Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÃ’, InsulatardÃ’. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.


3. Insulin kerja singkat

Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.


4. Insulin infasik (campuran)

Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 / 40. Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali. 


D. Mekanisme Kinerja Insulin

Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose menjadi energi.



E. Jenis alat suntik (syringe) insulin

1. Siring (syringe) dan jarumSiring dari bahan kaca sulit dibersihkan, mudah pecah dan sering             menjadi kurang akurat.Siring yang terbaik adalah siring yang terbuat dari plastik sekali pakai. Walaupun banyak pasien diabetes yang menggunakan lebih dari sekali pakai, sangat disarankan hanya dipakai sekali saja setelah itu dibuang.


2. Pena insulin (Insulin Pen)Siring biasanya tertalu merepotkan dan kebanyakan pasien diabetes lebih suka menggunakan pena insulin. Alat ini praktis, mudah dan menyenangkan karena nyaris tidak menimbulkan nyeri. Alat ini menggabungkan semua fungsi didalam satu alat tunggal.


3.  Pompa insulin (Insulin Pump)Pompa insulin (insulin pump) diciptakan untuk mneyediakan insulin secara berkesinambungan. Pompa harus disambungkan kepada pasien diabetes (melalui suatu tabung dan jarum). Gula (Glucose) darah terkontrol dengan sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan.


F. Teknik penyuntikan insulin

Sebelum menggunakan insulin, diabetesein ataupun keluarga tentunya perlu untuk diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai cara dan prosedur menyuntikkan insulin eksogen:

1. Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik haruslah bersih.Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan menggunakan kapas bersih dan steril.  2. Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol 70%.


3. Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus digulung-gulung secara perlahan-lahan denga kedua telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan kembali suspensi. (Jangan dikocok 


4. Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu suntikkanlah ke dalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan dipakai campuran insulin.


5. Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja cepat harus diambil terlebih dahulu.

6. Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa apakah mengandung gelembung atau tidak. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung yang ada sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan, namun dapat mengurangi dosis insulin.


7. Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan). Pada umumnya suntikan dengan sudut 90 derajad. Pada pasien kurus dan anak-anak, kulit dijepit dan insulin disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikkan otot (intra muskular).


Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikkan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan pada  daerah perut.

Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan digerak-gerakkan. Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.

Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang terjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+ 2,5cm)  dari daerah sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain.

Bila proses penyuntikkan terasa sakit atau mengalami perdarahan setelah proses penyuntikkan, maka daerah tersebut sebaiknya ditekan selama 5-8 detik. Untuk mengurangi rasa sakit pada waktu penyuntikkan dapat ditempuh usaha-usaha sebagai berikut:

1. Menyuntik dengan suhu kamar

2. Pastikan bahwa dalam alat suntik tidak terdapat gelembung udara

3. Tunggulah sampai alkohol kering sebelum menyuntik

4. Usahakanlah agar otot daerah yang akan disuntik tidak tegang

5. Tusuklah kulit dengan cepat

6. Jangan merubah arah suntikkan selama penyuntikkan atau mencabut suntikan

7. Jangan menggunakan jarum yang sudah tampak tumpul

G. Dosis pemberian insulin

Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :

•        Gula darah < 60 mg % = 0 unit

•        Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit

•        Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit

•        Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit

•        Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit

•        Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit


Insulin dapat dibedakan atas dasar:

1. Waktu kerja insulin (onset), yaitu waktu mulai timbulnya efek insulin sejak disuntikan.

2. Puncak kerja insulin, yaitu waktu tercapainya puncak kerja insulin.

3. Lama kerja insulin yaitu waktu dari timbulnya efek insulin sampai hilangnya efek insulin.


Terdapat 4 buah insulin eksogen yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan puncak dan jangka waktu efeknya. Berikut keterangan jenis insulin eksogen :


1. Insulin Eksogen kerja cepat.

Bentuknya berupa larutan jernih, mempunyai onset cepat dan durasi pendek.

Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.


2. Insulin Eksogen  kerja sedang.

Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÃ’, InsulatardÃ’. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.


3. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin premix)

Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya: Mixtard 30 / 40.


4. Insulin Eksogen kerja panjang (lebih dari 24 jam).

Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.


H. Efek samping penggunaan insulin

•        Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.

•        Supresi produksi glukosa oleh hati.

•        Stimulasi utilisasi glukosa perifer.

•        Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.

•        Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.

•        Mengurangi glucose toxicity.

•        Perbaiki kemampuan sekresi endogen.

•        Mengurangi Glicosilated end product.














STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MEMBERIKAN TERAPI INJEKSI INSULIN ATAU INSULIN PEN

A. Pengertian

Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Actrapid Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc insulin.


B. Tujuan Pemeriksaan 

Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.

C. Perhatian :

1.   Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.

2.   Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan warna).

3.   Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.

4.   Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15 menit sebelum makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan waktu makan adalah 30 menit.

5.   Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium (kadar gula darah).

6.   Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.


Khusus Untuk Actrapid Novolet :

1.  Actrapid Novolet yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 – 8 °C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).

2.  Actrapid Novolet yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin. Actrapid Novolet dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama 4 minggu.

3.  Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.

4.  Jangan menggunakan Actrapid Novolet jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih lagi.

5.  Kontraindikasi : Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin


1. Pengkajian

1.   Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan pendokumentasian).

2.   Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan masa efek puncak insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.

3.   Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.

4.   Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human insulin.

5.   Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.

6.   Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau penurunan jumlah jaringan.

7.   Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi insulin.

8.   Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah dimakan klien.


2. Intervensi

A.   Persiapan Alat 

1.   Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).

2.   Vial insulin.

3.   Kapas + alkohol / alcohol swab.

4.   Handscoen bersih.

5.   Daftar / formulir obat klien.


B.  Persiapan Klien 

1. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian injeksi insulin.

2. Menutup sampiran (kalau perlu).


3. Implementasi

1. Mencuci tangan.

2. Memakai handscoen bersih.

3. Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk klien  (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).

4. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.

5.  Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.

6.  Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.

7.  Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.

8.  Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang domin secara lembut dan perlahan.

9. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan penekanan pada    area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.

10 Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.

Khusus Insulin Pen (Actrapid Novolet) :

o Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.

o Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.

o Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator dosis.

o Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada klien.  Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan perawat saatb memutar cap Novolet menandakan 2 unit insulin telah tersedia).

11.   Merapikan klien dan peralatan.

12.   Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.


4. Evaluasi

1.  Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit setelah injeksi insulin dilakukan.

2.  Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.

3.  Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi pembengkakan atau hematoma.


5. Dokumentasi

1.  Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.

2.  Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.

3.  Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin.


6. Sikap

1.  Sistematis.

2.  Hati-hati.

3.  Berkomunikasi.

4.  Mandiri.

5.  Teliti.

6.  Tanggap terhadap respon klien.

7.  Rapih.

8.  Menjaga privacy.

9.  Sopan.














ANALISA JURNAL


A. Analisa Jurnal (PICO)

Judul : EFEKTIFI VITAS LOKASI DAN WAKTU INJEKSI INSULIN TERHADAP PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH 2 JAM SETELAH MAKAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS


1. Patient dan Problem

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe IDDM di Kabupaten Bantul. Sampel yang digunakan sampel yang digunakan berjumlah 60 responden diambil secara Simple Random Sampling dan dibagi ke dalam 4 blok (Dahlan, 2010 dan Sugiyono 2007)

2. Intervention 

Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika(Maulana, 2012). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012), jumlah penderita diabetes melitus di Indonesiadiperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit jantung coroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan syaraf (Suyono, et al, 2011). Berbagai studi yang telah ada menemukan, bahwa penyandang diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang menjaga kadar glukosa plasma rata-rata tetap rendah menunjukkan insiden komplikasi mikrovaskuler berupa timbulnya retinopati diabetik, nefropati, dan neuropati yang lebih rendah dibandingkan dengan penderita yang tidak menjaga kadar glukosa plasma rata-rata tetap rendah (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011). Oleh karena itu mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes sangat penting dilakukan, jika kadar gula darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyulit menahun tersebut dapat dicegah. Salah satu cara mengendalikan kadar gula darah 2 jam setelah makan pada penderita diabetes mellitus adalah dengan memberikan injeksi insulin yang benar: benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar lokasi, (Thahir, 2008). Kesalahan dalam penyuntikan insulin oleh petugas medis ataupun oleh penderita itu sendiri seringkali dijumpai, studi mencatat kesalahan tersebut sebanyak 12-34% (Hendrata, 2010).


3.      Comparison

Beberapa pendapat menyatakan, insulin diberikan sesaat sebelum makan, hal ini dilakukan karena insulin bekerja lebih baik ketika glukosa dari makanan mulai memasuki darah. Para ahli menyarankan untuk menyuntik sebelum makan atau sekitar 20-30 menit sebelum makan (Bararah, 2010). Teori lain menyebutkan insulin akan bekerja paling cepat saat disuntikkan di perut, yaitu di atas atau daerah samping pusar, insulin akan masuk ke sistem tubuh sedikit lebih lama jika disuntikkan pada lengan atas, lebih lambat lagi jika disuntikkan di kaki atau paha dan paling lambat ketika disuntikkan di bokong (Misnadiarly, 2006). Perawat atau petugas kesehatan juga lebih sering melakukan penyuntikan pada dareah lengan, padahal tidak dianjurkan untuk menyuntikkan insulin di tempat yang sama setiap waktu, karena akan muncul jaringan parut yang dapat mempengaruhi penyerapan insulin (Bararah, 2010). Bila muncul jaringan parut maka penyerapan insulin terpengaruh, sehingga pengendalian kadar gula darah 2 jam setelah makan menjadi buruk dan komplikasi diabetes akan mungkin terjadi. Berdasar uraian-uraian permasalahan pada latar belakang di atas, maka penting untuk melakukan penelitian terhadap lokasi dan waktu injeksi insulin yang efektif terhadap pengendalian kadar gula darah 2 jam setelah makan pada penderita diabetes mellitus. Manfaat diketahuinya lokasi dan waktu yang efektif dalam mengendalikan kadar gula darah 2 jam setelah makan diharapkan dapat menjadi acuan standar operasional prosedur tentang pemberian injeksi insulin pada penderita diabetes melitus. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe IDDM di Kabupaten Bantul. Sampel yang digunakan sampel yang digunakan berjumlah 60 responden diambil secara Simple Random Sampling dan dibagi ke dalam 4 blok (Dahlan, 2010 dan Sugiyono 2007) Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari lokasi injeksi (abdomen, deltoid, paha, gluteus) dan waktu injeksi (0, 10, 20 dan 30 menit sebelum makan), sedangkan variabel terikatnya adalah kadar gula darah 2 jam setelah makan. Setelah variabel peracu dikendalikan (diet, aktifi tas, terapi oral, jenis dan dosis insulin), kemudian responden diberikan perlakuan injeksi insulin dengan menggunkan jenis insulin Rapid-acting sesuai dosis harian, di empat lokasi (abdomen, deltoid, paha, gluteus) dan waktu pemberian (0, 10, 20 dan 30 menit sebelummakan). Variabel kadar gula darah 2 jam setelah makan diukur menggunakan Glucometer. Analisis yang digunakan untuk melihat nilai rata-rata (mean) dan distribusi frekuensi kadar gula darah 2 jam setelah makan pada tiap-tiap lokasi injeksi dan pada tiap-tiap waktu injeksi digunakan statistika deskriptif. Analisis yang digunakan untuk mengetahuan adanya perbedaan kadar gula darah 2 jam setelah makan pada tiap lokasi dan waktu injeksi dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic parametris Two-Way ANOVA. Sedangkan untuk mengetahui lokasi dan waktu mana yang paling efektif untuk pengendalian kadar gula darah 2 jam setelah makan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc Analysis dengan rumus Tukey HSD (Suwanda, 2011).


4.      Outcome 

Lokasi paling efektif untuk injeksi insulin adalah pada abdomen. Ada perbedaan kadar gula darah 2 jam setelah makan penderita diabetes mellitus yang dilakukan injeksi insulin pada waktu 0, 10, 20 dan 30 menit sebelum makan (nilai p=0.000). Waktu paling efektif untuk injeksi insulin adalah pada waktu 0 menit atau bersamaan dengan makan.

Waktu injeksi insulin yang paling efektif untuk mengendalikan kadar gula darah 2 jam setalah makan pada penderita diabetes melitus adalah pada waktu 0 menit atau bersamaan dengan makan.















                                                                                     BAB III

                                                                                  PENUTUP


A. Kesimpulan

Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar pankreas. Indikasi terapi dengan insulin diberikan pada seorang yang memiliki penyakit DM tipe I dan tipe II, Ketoasidosis diabetik, Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik. Tipe - jenis insulin ada 3 yaitu insulin kerja panjang,menengah dan campuran. 

Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose menjadi energi.


B. Saran

            Semoga dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan untuk para pembaca dan masyarakat umum, dan selalu mencari sumber referensi lain agar ilmu yang didapat selalu menjadi terbaru. Dapat dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan keperawatan. 















DAFTAR PUSTAKA


Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC


Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC


Price, Slyvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep – Konsep Klinis Proses -Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC


S,Sumosardjuno.1986. Manfaat dan Macam Olahraga bagi Penderita Diabetes Melitus.Bandung


Smeltzer, S.C. Bare, B.G., 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta : EGC


Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC


Posting Komentar untuk "MAKALAH PRAKTIKUM KEPERAWATAN DEWASA I MANAJEMEN TERAPI INSULIN"